"Jangan Pernah Lupakan Aku"
Kalau berkunjung ke Kebun Raya Bogor, di bagian depan dekat pintu masuk utama, ada sebuah bangunan monumen yg cantik. Ternyata monumen itu menyimpan kisah cinta yang sangat menginspirasi. Setiap membawa Tur ke Kebun Raya Bogor, monumen Lady Raffles ini termasuk tempat yang paling memikat perhatian para peserta Tur saya.
Seberapa penting peran Lady Raffles sampai ia perlu diabadikan dalam sebuah monumen ?
Maukah kamu mendengar kisah cinta romantis antara Raffles dan sang belahan jiwa? Jadi begini ceritanya.
Ketika Inggris menaklukan Belanda tahun 1811, Sir Thomas Stamford Raffles ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal Inggris di Hindia Belanda (Indonesia). Olivia yang sudah menjadi Lady Raffles mendampingi sang suami berkuasa di Jawa.
Sir Thomas Raffles dikenal sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda yang sukses. Di bawah kepemimpinannya, ia juga punya banyak jasa besar, yang hingga kini masih bisa dirasakan rakyat Indonesia, seperti menggagas ekspedisi pencarian kembali Borobudur (yang sempat hilang tersembunyi dalam hutan belantara selama 5 abad), hingga menggagas cikal bakalnya Kebun Raya Bogor. Raffles yang dikenal sangat mencintai tanah Jawa, termasuk alam dan budayanya, juga banyak mendokumentasikan catatan penting tentang tanah Jawa termasuk menghasilkan karya buku penting berjudul "The History of Java".
Kalau berkunjung ke Kebun Raya Bogor, di bagian depan dekat pintu masuk utama, ada sebuah bangunan monumen yg cantik. Ternyata monumen itu menyimpan kisah cinta yang sangat menginspirasi. Setiap membawa Tur ke Kebun Raya Bogor, monumen Lady Raffles ini termasuk tempat yang paling memikat perhatian para peserta Tur saya.
Seberapa penting peran Lady Raffles sampai ia perlu diabadikan dalam sebuah monumen ?
Maukah kamu mendengar kisah cinta romantis antara Raffles dan sang belahan jiwa? Jadi begini ceritanya.
Ketika Inggris menaklukan Belanda tahun 1811, Sir Thomas Stamford Raffles ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal Inggris di Hindia Belanda (Indonesia). Olivia yang sudah menjadi Lady Raffles mendampingi sang suami berkuasa di Jawa.
Sir Thomas Raffles dikenal sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda yang sukses. Di bawah kepemimpinannya, ia juga punya banyak jasa besar, yang hingga kini masih bisa dirasakan rakyat Indonesia, seperti menggagas ekspedisi pencarian kembali Borobudur (yang sempat hilang tersembunyi dalam hutan belantara selama 5 abad), hingga menggagas cikal bakalnya Kebun Raya Bogor. Raffles yang dikenal sangat mencintai tanah Jawa, termasuk alam dan budayanya, juga banyak mendokumentasikan catatan penting tentang tanah Jawa termasuk menghasilkan karya buku penting berjudul "The History of Java".
Selain sukses memimpin Hindia Belanda, Raffles juga dikenal sebagai pendiri Kebun Binatang London, pendiri Singapura, juga penemu bunga bangkai Rafflesia Arnoldi. Bagi warga Singapura, Rafles adalah seorang pahlawan besar, karena ia adalah "mastermind" dibalik berdirinya Singapura yang modern. Tapi dari semua wilayah yang pernah dipimpinnya, Raffles paling mencintai tanah Jawa, dan konon ia menangis saat menyelesaikan tugasnya di tanah Jawa, dan harus berpindah tugas ke tempat lain. Di tanah Jawa ini pula ia memiliki banyak kenangan indah bersama Olivia, sang istri yang begitu dicintainya.
Olivia
Mariamne Devenish, merupakan istri pertama dari Raffles. Ketika menikah dengan
Raffles di tahun 1805, itu merupakan pernikahannya yang ke-2 setelah suami
pertamanya meninggal di tahun 1800. Pada saat menikah dengan Raffles, ia
berusia 10 tahun lebih tua dibandingkan suaminya. Peran Olivia begitu besar,
bukan saja sebagai istri, tapi juga sebagai partner sehati yang mendukung misi
misi sang Gubernur Jendral, yang dikenal sangat dekat dengan penduduk lokal di
setiap wilayah yang dipimpinnya
Selama menjadi First Lady, Olivia bukan sekedar hanya mendampingi. Menurut banyak catatan sejarah Lady Raffles ikut berperan dalam berbagai hal. Salah satu diantaranya adalah perannya dalam melakukan reformasi sosiial di Pulau Jawa / Hindia Belanda. Di masa itu, wanita-wanita kulit putih membatasi diri mereka dari pergaulan dengan orang pribumi dan etnis lainnya. Hanya batasan ini didobrak oleh Lady Raffles dengan mengadakan resepsi-resepsi yang mengundang orang dari berbagai etnis.
Olivia juga sering melakukan berbagai kunjungan ke penguasa-penguasa lokal yang ada di daerah kekuasaan suaminya. Sesuatu yang belum pernah diakukan oleh istri-istri penguasa-penguasa sebelumnya.Tindakan-tindakan sang Lady ini sejalan dengan pemikiran dan usaha yang dilakukan suaminya. Sir Thomas Stamford Raffles dikenal sebagai tokoh yang menentang perbudakan dan mencetuskan berbagai usaha reformasi sosial di setiap wilayah yang dipimpinnya.
Namun karena sering blusukan ke berbagai pelosok daerah, Olivia terjangkit penyakit malaria yang memang saat itu mewabah di tanah Jawa.Untuk kesembuhan sang istri, Rafles pun memboyong sang istri dari Batavia ke Bogor , dan tinggal di Istana Bogor, yang saat itu adalah rumah peristirahatan Gubernur Jendral Hindia Belanda.
Karena itu, Raffles merenovasi istana Bogor dengan secantik mungkin. Raffles yang juga senang dengan alam, membuat taman dan kebun di halaman belakang istana Bogor (yang kemudian menjadi cikal bakal dari Kebun Raya Bogor). Selama tinggal di istana Bogor, Raffles sering membawa Olivia berjalan jalan menikmati rindangnya pepohonan yang teduh di sekitar istana.
Selama menjadi First Lady, Olivia bukan sekedar hanya mendampingi. Menurut banyak catatan sejarah Lady Raffles ikut berperan dalam berbagai hal. Salah satu diantaranya adalah perannya dalam melakukan reformasi sosiial di Pulau Jawa / Hindia Belanda. Di masa itu, wanita-wanita kulit putih membatasi diri mereka dari pergaulan dengan orang pribumi dan etnis lainnya. Hanya batasan ini didobrak oleh Lady Raffles dengan mengadakan resepsi-resepsi yang mengundang orang dari berbagai etnis.
Olivia juga sering melakukan berbagai kunjungan ke penguasa-penguasa lokal yang ada di daerah kekuasaan suaminya. Sesuatu yang belum pernah diakukan oleh istri-istri penguasa-penguasa sebelumnya.Tindakan-tindakan sang Lady ini sejalan dengan pemikiran dan usaha yang dilakukan suaminya. Sir Thomas Stamford Raffles dikenal sebagai tokoh yang menentang perbudakan dan mencetuskan berbagai usaha reformasi sosial di setiap wilayah yang dipimpinnya.
Namun karena sering blusukan ke berbagai pelosok daerah, Olivia terjangkit penyakit malaria yang memang saat itu mewabah di tanah Jawa.Untuk kesembuhan sang istri, Rafles pun memboyong sang istri dari Batavia ke Bogor , dan tinggal di Istana Bogor, yang saat itu adalah rumah peristirahatan Gubernur Jendral Hindia Belanda.
Karena itu, Raffles merenovasi istana Bogor dengan secantik mungkin. Raffles yang juga senang dengan alam, membuat taman dan kebun di halaman belakang istana Bogor (yang kemudian menjadi cikal bakal dari Kebun Raya Bogor). Selama tinggal di istana Bogor, Raffles sering membawa Olivia berjalan jalan menikmati rindangnya pepohonan yang teduh di sekitar istana.
Namun
sangat disayangkan, Olivia akhirnya berpulang dan meninggalkan kesedihan
mendalam bagi Raffless. Olivia Mariamne Raffles atau Lady Raffles wafat tiga
tahun setelah datang ke Indonesia. Penyakit Malaria merenggut nyawanya tahun
1814 setelah sakit beberapa bulan. Olivia meninggal di usia 43 tahun, dan
Rafless baru berusia 33 tahun saat itu. Jasad Olivia dibawa ke Batavia dan
dikuburkan di pemakaman yang kini dikenal sebagai Museum Taman Prasasti, Tanah
Abang.
Walaupun Olivia dan Rafles tidak memiliki anak , namun Raffles terus mengenang Olivia bahkan hingga akhirnya Raffles menikah kembali. Monumen yang dibangun di Kebun Raya ini adalah salah satu bukti dari keabadian Cinta Raffles untuk sang istri yang begitu dikasihinya.
Tertulis dalam monumen tersebut, adalah ungkapan terdalam Raffles yang begitu menggugah hati:
Walaupun Olivia dan Rafles tidak memiliki anak , namun Raffles terus mengenang Olivia bahkan hingga akhirnya Raffles menikah kembali. Monumen yang dibangun di Kebun Raya ini adalah salah satu bukti dari keabadian Cinta Raffles untuk sang istri yang begitu dikasihinya.
Tertulis dalam monumen tersebut, adalah ungkapan terdalam Raffles yang begitu menggugah hati:
Oh thou whom neer my constant heart ;
(Kamu yang selalu berada di hatiku)
One moment hath forgot ;
(Tak pernah sedikitpun kulupakan)
Tho fate severe hath bid us part ;
(Walaupun takdir memisahkan kita)
Yet still – forget me not
(Janganlah pernah lupakan aku)