Jakarta Creative Hub- Tempat Nongkrong Baru Insan Kreatif Jakarta





Seperti Apa Isi dari Jakarta Creative Hub? 

Kabar Gembira untuk Insan Kreatif di Jakarta nih! Kini ada Co-working Space pertama punya Pemda DKI yang bisa digunakan oleh warga Jakarta buat tempat kerja, tempat berkarya/belajar bareng, dan juga saling berkolaborasi. Buat yang belum tau, Co-working Space ini adalah semacam tempat kerja atau kantor bersama. Kalo di Singapura, Co-working space seperti ini juga difasilitasi pemerintah lokal. 



Di Jakarta, beberapa tahun belakangan ini ada jg Co-working Space punya swasta, tp biayanya lumayan mahal dengan fasilitas terbatas, paling hanya tersedia ruang terbuka, ruang meeting, dan kantor virtual. Dokumentasi Pribadi Dokumentasi Pribadi Tapi di Jakarta Creative Hub ini fasilitasnya Warbiyazaah! Fasilitasnya disini banyak banget. Ada ruang terbuka yang dilengkapi free wifi, cafe, ada ruang meeting/seminar, dan berbagai workshop kerja yang dilengkapi dg alat-alat canggih yang disediakan seperti komputer, mesin jahit, mesin press, sampe alat printer 3D juga ada. GILAKK kan? Ada juga perpustakaan yang buku-bukunya disupport oleh Toko Buku Kinokuniya dengan buku-buku how-to berbahasa inggris impor --kalo beli buku2 impor mahal kan ya booook!


 
Di tempat ini kita juga bisa ikutan berbagai workshop/pelatihan. Tadi siang pas saya ke sana kebetulan lagi ada Workshop gratis sehari untuk kelas bikin Tote Bag, kelas gambar dan Ilustrasi, dan kelas bikin dompet kulit. Dokumentasi Pribadi Dokumentasi Pribadi Dokumentasi Pribadi Dokumentasi Pribadi Dokumentasi Pribadi Dokumentasi Pribadi Jakarta Creative Hub ini memang dibuat Pemda DKI untuk memfasilitasi insan kreatif juga untuk membina para pelaku UKM yang baru merintis. 




Karena itu di tempat ini juga disediakan ruangan yang bisa dipinjam buat kantor oleh para wirausahawan/pelaku UKM. Kata petugasnya, sampe 6 bulan ke depan, ruangan kantor-kantor itu bisa dipakai gratis, selama memenuhi persyaratan dari pihak management. Bahkan para pelaku UKM juga bisa mendisplay produk-produknya di sini dan juga akan menjadi binaan dari Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional tingkat Daerah). 




Kabarnya lagi nih, Pak Ahok katanya mau buka banyak Jakarta Creative Hub seperti ini di berbagai wilayah Jakarta, biar katanya warga Jakarta makin kreatif dan bahagia. Makasih ya Pak Ahok, bersyukur bgt punya Gubernur yg perhatian banget dengan kebahagiaan warganya. Buat freelancer dan pekerja kreatif seperti saya, ada tempat seperti ini penting banget, minimal kalo mau nulis, enggak harus cari kafe buat nongkrong seharian. Eh tapi saya jadi kepingin buka kantor deh di sini, tapi kantor apa ya? Kalo kantor Biro Jodoh, takutnya ntar diragukan kredibilitasnya, hihihi. 

Cuzz yg mau lihat Jakarta Creative Hub atau tanya-tanya fasilitasnya, buruan kesana biar ga penasaran tempatnya di:
Gedung Graha Niaga Thamrin (Lt. 1), belakang Thamrin Jam buka: Jam 10 pagi - 5 sore IG : @jakartacreativehub

Taman Kalijodo - Ikon baru kota Jakarta




                                                         (foto : brillio.net)
Setujukah Anda, jika Taman Kalijodo dijadikan ikon baru kota Jakarta?

Beberapa kali saya ke Taman KaliJodo ini, ketemu dengan wisatawan2 lokal dari luar Jakarta dan luar Jawa, yang lagi berlibur ke Jakarta, dan sengaja nyempetin buatliat Taman Kalijodo yg namanya sedang booming. Warga Jakarta boleh ikut berbangga hati ada Taman pusat aktivitas berkualitas internasional seperti di Taman Kalijodo ini.

Hal ini pun tidak saya sadari sebelumnya, sampai saya mendengar pemaparan Pak Yori Antar, seorang Arsitek kenamaan yg dijuluki sebagai "Pendekar Arsitek Nusantara" saat ia berbicara kepada publik di Rumah Lembang. Ia bercerita, dirinya juga bersama para arsitek Indonesia sudah lama memimpikan adanya ruang ruang hijau di Jakarta yang berfungsi sebagai pusat aktivitas dan interaksi warga, seperti juga di kota kota besar negara maju. Dan hal itu banyak direalisasikan Gubernur Ahok dalam dua tahun belakangan ini, yg telah membangun ratusan Taman RPRTRA (Ruang Publik dan Ruang Terbuka Ramah Anak) diberbagai pelosok Jakarta. 


                                                          foto : brillio.net

Dahulu, taman taman di Jakarta, yah hanya sekadar ruang hijau yg tdk bs berfungsi banyak utk kegiatan warga. Tapi dg dibangunnya konsep Taman RPTRA,skr warga bisa melakukan byk hal disini, dari berolahraga, bermain hingga berbagai kegiatan edukasi hingga warga bisa lbh sering berinteraksi jugamenjadi manusia yg lebih bahagia. Karena tiap Taman RPTRA dilengkapi dg tamanbermain, lapangan bola/basket, perpustakaan, aula utk warga, dan berbagai fasilitas publik lainnya.

Ada juga taman RPTRA yg secara khusus dibuat tematik sesuai kebutuhan warga, seperti Taman RPTRA Skatepark Kalijodo yg ada fasilitas khusus runaway utk skateboard, sepedahan, dan sepatu roda.



                                                      (foto : briilo.net)

Dan upaya Gubernur Ahok utk "memanusiakan" dan membahagiakan warganya melalui pembangunan fiisik Taman Taman RPTRA inilah yg diapresiasi oleh kalangan arsitek Indonesia. Khusus utk Taman Skatepark Kalijodo, Pak Yori Antar mengakui kualitas Skatepark di Kalijodo mempunyai standar internasional, karena itulah warga Jakarta harus bangga memiliki Taman Kalijoodi ini, dan ia pula yang mengusulkan Kalijodo sebagai "New Icon of Jakarta", seperti halnya Monas atau Kota Tua.

Beberapa tahun pun lalu saat pergi ke kota kota negara maju seperti Singapore dan Seoul, Korea Selatan, saya sering lihat ada taman taman cantik yang sering dijadikan ruang publik tempat warga berbagai usia melakukan banyak aktivitas. Saat itu saya sering iri dan membatin, "Kapan ya di Jakarta ada taman taman cantik tempat berkumpul warga seperti ini? " ...Eh ga sangka, dua tahun belakangan ini impian saya itu terwujud, dengan makin banyaknya taman taman RPTRA di berbagai kelurahan Jakarta, termasuk yang terbaru dan terheboh yaitu Taman Kalijodo ini. 

Bicara Taman Kalijodo, bukan sekedar cerita tentang kondisi fisiknya saat ini, tapi juga tidak bisa dilepaskan dari kisah bagaimana dulunya di lokasi dikenal sebagai tempat pelacuran kelas bawah, dimana wanita dijual dan anak anak dipekerjakan. Perubahan Kalijodo dari tempat yang tertutup "ramah om om" menjadi ruang publik "ramah anak dan ramah keluarga" menjadikan kisah Taman Kalijodo ini mempunyai kisah spesial tersendiri sebagai adanya transformasi kemanusiaan yang mengagumkan.

Saya pun sudah beberapa berkunjung kesini untuk membawa City Tour warga Jakarta dan semua peserta Tur sangat kagum dengan wujud Kalijodo ini. Bahkan saat saya membawa nenek saya yang sudah renta ke Kalijodo, ia sangat takjub dan senang sekali, bahkan meminta saya untuk dibawa kesana lagi.


Jadi, kalau ada wisatawan atau handai taulan yang sedang pelesiran ke Jakarta, jangan lupa ke Taman Kalijodo ya...belum lengkap ke Jakarta, kalau belum ke Kalijodo....trus kalo butuh Tourist Guide buat nemenin puter2 Jakarta, tau kan siapa yang harus dihubungi...hehehe

Apahh...kamu warga Jakarta tapi belum ke Kalijodo? Ga kekinian deh kamyuuuu 

Berwisata ke Kampung Betawi asal Salak Condet maskot Jakarta





Tahukah Anda kalau buah Salak Condet adalah salah satu maskot Jakarta selain burung Elang Bondol?

Tapi keberadaan salak condet ini udah langka. Hari minggu kemarin, bareng teman-teman komunitas Ngopi Jakarta, saya ikutan Jelajah Kampung Betawi Condet, yang terletak di kawasan Jakarta Timur. Asal-usul nama "Condet" berasal dari "ci" alias air atau sungai, seperti Citarum, Ciliwung, dll. Sedangkan "ondet" itu dari pohon sejenis buni, yang katanya banyak tumbuh dulu di daerah ini. 
Salah satu tempat paling menarik yang kami kunjungi adalah Cagar Buah Condet di Balekambang, sebuah kebun salak dan dukuh condet yang merupakan buah asli Jakarta. Gak banyak orang Jakarta sendiri yang dah pernah ngerasain buah salak condet, karena jenisnya udah langka dan ga dijual di pasar umum, seperti Salak Pondoh yang berasal dari Jogja. Konon, buah Salak yg tumbuh di pelosok Pulau Jawa bibit asalnya malah dari Salak Condet ini. 

Selain Salak condet, di kawasan Cagar Buah ini juga ditanam Dukuh Condet yang juga udah langka. Karena keberadaannya yang udah langka inilah, maka Pemda DKI menetapkan kawasan Cagar Buah ini untuk melindungi sekaligus untuk membudidayakannya. Tapi seluruh buah yang dihasilkan dari Cagar Buah ini tidak dijual ke pasar umum, tapi didistribusikan oleh Pemda DKI ke tempat tempat pariwisata seperti Hotel Hotel, institusi pemerintahan, dan sebagainya.

Kalo warga Jakarta mau cobain salak dan duku Condet bisa datang ke kebun cagar buah ini yang sekarang tanahnya udah dimiliki Pemda DKI dan luas kebunnya hingga 3,5 hektar. Kalo buah dukuh berbuah musiman, hanya tiga bulan dalam satu tahun. Tapi kalau Salak sebaliknya, berbuah hampir sepanjang tahun. Kalo masuk ke Cagar Buah ini ga ada tiket masuknya, tapi kalo mau icip-icipi buahnya bisa bilang ke penjaganya dan kasih tips. 
                                     (Gerbang Cagar Buah Condet, Balekambang, Condet).

Kampung Betawi Condet ini menarik juga dijadikan tujuan wisata loh. Menurut cerita Shahiq, pemuda betawi Condet, yg memandu kami saat itu, ia kerap menemani turis-turis bule yang datang ke tempat ini, untuk penelitian ataupun untuk berwisata susur sungai Ciliwung. Susur Sungai Ciliwung ini memang menarik banget, dua tahun lalu pun saya pernah coba rafting, sangat menarik melihat kondisi Sungai Ciliwung saat ini yang sudah jauh lebih bersih, sehingga bisa menarik dijadikan wisata susur Sungai.


Wisata Susur Sungai Ciliwung (foto sumber https://konservasidasciliwung.wordpress.com/wisata-ciliwung) Wisata Susur Sungai Ciliwung (foto sumber https://konservasidasciliwung.wordpress.com/wisata-ciliwung)

Selain Cagar Buah Condet dan Wisata Susur Sungai Ciliwing, yang menarik disini adalah kita bisa melongok rumah rumah Betawi jadul, termasuk juga eksplor nyobain kuliner jadul Betawi seperti kue lopis, kue apem, dll, yang banyak dijual oleh warga Betawi di sekitar sana termasuk berinteraksi dengan mereka. (Rumah Betawi yang sudah berusia hampir 1 abad, dan dahulu sering dipakai shooting sinetron TV). Dokumentasi Pribadi (Rumah Betawi yang sudah berusia hampir 1 abad, dan dahulu sering dipakai shooting sinetron TV). 

Salah satu warga Betawi yang saya temui di tur ini adalah Mpok Menah, yang sudah berdagang kue lopis selama 70 tahun dan terkenal di kawasan itu. Kue lopis ini ternyata adalah kuliner jadul ala Betawi, dan Mpok Menah (sekarang berusia 85 tahun) jualan kue lopis sejak usia 10 tahun sejak kawasan Condet masih banyak hutan. Dia cerita dulu sering digangguin kuntilanak saat bikin kue lopis malem malem...hiiii....Mpok Menah masih bikin sendiri semua kue lopis dagangannya, karena 12 anaknya ga ada yang mau nerusin usaha kue lopis ini. 



Apa beda Lopis betawi ini dengan lupis di tempat tempat lain? Kalo lopis Betawi, gulanya ga kentel, terus ukurannya tebel dan diameternya besar, Mpok Menah jual per potong aja Rp3500, kalo yg satu lonjong dijual 35ribu. Saya makan satu potong aja kenyang, ini potongan kue lopis yang pernah saya makan. Saking terkenalnya kue lopis Mpok Menah, tiap hari banyak orang kantoran yang mesen beli berlonjong-lonjong besar. Dan uniknya Mpok Menah ini juga dikenal jago berpantun, kalo denger dia berpantun ria bisa setengah jam loh ga habis habis... Mungkin karena itu banyak pembeli menyambangi karena demen dengerin Mpok Menah berpantun.

Begini contoh pantun Mpok Menah
“Paling enak si Mangga udang. Pohonnya tinggi buahnya jarang. Paling enak si laki bujang. Mau ngapain aja kagak ada yang larang.
“Kelapa tua dikupas kupasin kelapa tua banyak minyaknya. Masih muda puas puasin, kalau udah tua ga enak enaknya “

Hehehe....lucu juga ya...kalo ada yang penasaran mau ketemu Mpok Menah penjual Lopis, rumahnya ada di bagian belakang Kebun Cagar Buah, tanya aja orang orang disana pasti pada tau deh.

Ah wisata ke Kampung Condet ini sungguh menarik, jadi terinspirasi untuk datang lagi bawa turis turis saya berwisata ke Kampung Condet ini.




Baca Juga Yang Satu Ini

Pesta Mandi Bedak , Puncak Perayaan Tahun Baruan Kampung Tugu Yang Tak Kalah Seru Dengan Festival Songkran di Thailand

Tahukah Anda, di ujung utara Jakarta, ada sebuah kawasan yang merupakan kampung Kristen tertua di Jakarta dan juga di Indonesia?  ...