Rockin' Girl Blogger versi Ira Lathief

A Tribute To My Amazing Friends


(Rockin' Girl Blogger versi Ira Lathief )




Beberapa waktu lalu aku mendapat sebuah “hadiah kejutan” dari seorang Ibu Dokter cantik, yang memilihku sebagai salah satu dari lima Rockin’ Girl Blogger versi Vina Revie (sumpeh.....ini emang bikin kagedh , secara diriku yg selama ini dijuluki “Dangdut ”, tiba2 dapat gelar “ Rockin" )--->Atau apakah Rockin' Girl itu maksudnya : "Gadis Batu??" :p


Eniwei...buswei....sebage konsekuensinya, aku kudu meneruskan lagi "Award" The Next 5 Rockin’ Girl Blogger pilihanku (hmmm....sebenernya sih, aku gak rela alias gak sudi ‘mahkota’ itu dikasi ke orang lain. Tapi kan masih banyak janda-janda..., eh maksudnya perempuan-perempuan lain di negri ini yang juga layak mendapat gelar Miss Universe atawa “Rockin Girl Blogger”).


Dari hasil investigasi, kasak-kusuk, desas-desus, insert pagi siang sore, serta cek ricek dan kroscek seputar indonesia, aku mutusin untuk meneruskan penghargaan tersebut kepada para blogger yang mau menceritakan “jatuh bangun” nya Kristina Dangdut....eh, perjuangan mereka dalam mengejar mimpi-mimpi.

Dan hari ini, Akhirnya....(dengan suara membahana mode on, seolah-olah berada di panggung 17-an) . “Mahkota” Rockin’ Girl Blogger, aku serahkan kepada lima orang penggemarku...eh lima orang temanku yang mengagumkan, yaitu:


1. WINA ASWIR. Ibu satu anak ini salah satu org yg punya jasa besar buatku, perihal urusan tulis menulis dan ber-blogging ria. Dlm blognya, bisa dilihat proses panjang Wina dlm mewujudkan byk impian; ngeliat anaknya bisa ngomong, jungkir balik cari duit tanpa nodong suami, bisa diterima jadi penulis skenario sinetron di Kerajaan Parwez Bersaudara, dll. Dan....akhirnya, cita-citanya terkabul, dapurnya kembali ngebul, yuk dadah babai modal dengkul :)

2. NILA OBSIDIAN. Dari blognya, kelihatan jelas ibu dua orang anak ini emang luar biasah (yah isengnya, yah cerdasnya, yah tahan bantingnya :P). Si teteh pun mau jujur ketika mengalami “fase-fase mellow”. But she has succesffully transformed her life. Intinya....si teteh berhasil bangkit ...maju tak gentar, membela yang bayar, eh ... jadi orang yang lebih berbahagia ceunah.... (oh...so sweeet )

3. ETNA HANNIE. Berbagai pengalaman konyol bin DODOL yg ditulis dalam blognya, nunjukkin si Hannie punya sense of humour yang tinggi. Dan belum lama ini, cewek gokil ini berhasil mewujudkan impiannya menjadi penulis buku gokil! Congrats Han, emang gak sia-sia dikau jadi orang gila selama ini...kikikik

4. SARAH UTAMI. Wanita cantik ini rela meninggalkan segala comfort zone buat mewujudkan impiannya menjadi penulis profesional. Dalam tulisan2 gokil di blognya terlihat transformasi si neng geulis dari fase “misuh-misuh” ke fase “penuh cinta” sebagai pengejar mimpi. Keep dreaming yah neng, teruslah kejar....angkotmu...eh semua impianmu!

5. SYUFRA BINTANG. Syufra adalah sahabatku sejak masa kuliah, dan dari blognya aku bisa selalu “membaca” hidupnya (dan suaminya) kini yang penuh warna. Walau sempat jatuh bangun sebagai pekerja NGO, karir Syufra kini melesat naik (plus tajir!). Dalam banyak hal, Syufra juga adalah sumber inspirasiku. (Ssst..jeng, walau kini faktor ketebalan dompet memisahkan kita, tapi akyu tetap temanmu yah.. )

Ok, sekarang giliran Wina, Nila, Hannie, Sarah dan Syufra untuk meneruskan Award Rockin’ Girl Blogger favorit masing-masing, ya! Awas, kalo gak mau, ntar kena kutukan “terbayang-terbayang wajahku seumur hidup” ..hehehee

Buat Wina, Teh Nila, Hannie, Sarah, dan Syufra, you really Rock ! (alias Kalian betul2 BATU !! :p).
I really learned a lot from you all, my Amazing Friends...

Heaven Bless u all!

(Buat Ibu Ratu Vina Revie, titah dari Kisanak telah hamba laksanakan! *_*)

A Postcard From Heaven

Have you ever missed someone badly that your tears cant stop from falling everytime you’re thingking of that someone? That what always happened to me after my Mom passed away.

Untill one day, I got a postcard from Heaven sent by my dear Mom. Written on it :  

Dearest my Sweetheart, 
I’m now having a brand new life up here, and living peacefully in abundant. 
God is Great, The Angels are amazing, and All creatures here are living in harmony.
My new home is made of 100% Pure Love, Compassion and Affection.
It’s been an amazing journey reaching up the Heaven eventually.
I really wish you were here with me now 

Be Good, so you could catch me up above 
See you soon in Heaven! 
Heavenly Missing you so much, Mom

That postcard has made realize, my Mom is now traveling to some place that is even more beautiful than the place i’m living today. I know it’s a long way home for her to meet me again.

But i know one thing for sure. I should always be happy for My mom, until i join her travel, somewhere in God’s perfect timing. (For every Mom in the world, who have perfectly transformed a heaven on earth)

MERDEKA ATAU MATI: Susahkah Jadi (Manusia) Merdeka??


Foto by Cassey


MERDEKA ATAU MATI:
Susahkah Jadi (Manusia) Merdeka?

Tes imajiner untuk mengetahui apakah kita sudah merasa
merdeka sebagai bangsa (baca : manusia).
(Pertanyaan 1)
Sebutkan 3 hal yang terlintas di kepala Anda tentang memperingati Hari Kemerdekaan??


(Sebage warga Negara yang sok baik, memperingati kemerdekaan bagiku selama ini adalah )

1.Kewajiban Upacara Bendera buat anak sekolahan (untung saat masuk kuliah udah kagak ada lagi tuh aturan!)
2. Ikut Lomba Balap Karung, Lomba Balap Bakiak, Lomba Makan Temen…eh Lomba Makan Krupuk, dsb. (biasanya selalu kalah, walaupun udah sikut sana sikut sini!) .
3. Inget lagu si Tasya (baca : LIBUR…tlah Tiba!! Hore….!! Hore…!)


(Pertanyaan 2)
Oke….lanjut .... Apa arti kemerdekaan buat hidup Anda??

(aah...ini sih pertanyaan kecil buatku.... gampil kayak upil)
“Kemerdekaan berarti Kebebasan. Maksudnya Kebebasan untuk memprotes apapun yang gak sejalan dengan pikiranku. Kebebasan menghakimi siapapun yang beda keyakinan denganku. Kebebasan ngacak-ngacak hidup orang lain. Kebebasan memaki-maki siapapun yang sedang jadi Presiden atau Penguasa . O iya...dan kemerdekaan itu berarti kebebasan melarikan diri dari kewajiban bayar pajak. Susahh bo..jadi orang bijak!”

(Pertanyaan 3)
Jadi… Apakah Anda sudah merasa merdeka setelah negri ini berdiri selama puluhan tahun??

(Wah..ini harus dikritisi serius, kan sesuai julukanku sebagai kiritikus unggulus doyanfulus)

“Merdeka sih Merdeka. Tapi negri ini makin terpuruk. Pemerintahannya semakin Korup. Hutang Negara menggunung. Maling teriak maling. Bencana ada dimana-mana. Belum lagi sistem pendidikan makin amburadul. Ngurus Sistem transportasi massal aja gak becus, kemana-mana jalanan macet. Tiap hari jadi males pergi ke kantor. Apa begini yang namanya merdeka?? ”


(Pertanyaan 4)
Weleh.....weleh.....si Komo aja ampe lewat!! Trus apa dong yang bisa dibanggain dari tempat Anda duduk saat ini??
(Nah...ini pertanyaan yang aku tunggu-tunggu...)
“Wah….. kalo itu gak ada sama sekali! Soalnya tempat ini makin kacau beliau… Semua orang sibuk sikut sana sikut sini. Tiap hari bikin stressss!! Gak ada deh sedikitpun yang bisa dibanggain sekarang! Pemimpinnya aja Gak beres ! Kalo bisa sih... pengen segera cabut deh ke Antah berantah”

(Pertanyaan 5)
Oke deeeh…., kalo gitu gimana caranya biar Anda bisa merasa merdeka sebagai manusia ???

(wahduuuh...susah banget siiiy pertanyaannya... )

“Hmm……Gimana yah?.....…Aduh…….apa ya? ....wah, maaf sudah lupa tuh!!“


Ok. Cukup kalau begitu. Terima kasih atas semua jawabannya.


Mohon tunggu…..Jawaban Anda sedang diproses.

-------------------
Berikut ini adalah hasil tes berdasarkan analisa dari tiap jawaban Anda:

Jawaban no. 1 :
Sebagai bangsa Indonesia, Anda susah jadi besar karena gak bisa menghargai siapapun yang telah berjasa untuk negri tempat Anda hidup. Kalau semua orang Indonesia seperti Anda.....Apa kata Dunia???

Jawaban no. 2 :
Selama dikuasai energi negatif, Anda tidak akan pernah bisa merasa merdeka. Walaupun bisa menguasai pihak lain, tapi sebenernya posisi Anda adalah korban dan pecundang sejati. Ingatlah bahwa orang culas, niscaya nasibnya akan naas dan memelas. Kalau Anda sering berpandangan sempit dan sinis, hidup bisa sulit dan berakhir tragis. Waspadalah!! Waspadalah!!

Jawaban no. 3:
Sebagai warga Negara Anda sungguh tak tahu malu, selalu menuntut ini itu. Padahal kontribusi Anda tak ada seujung kuku! Apalagi kalo disuruh bayar pajak langsung buru-buru ambil langkah seribu! Dasar Anda Kepala Batu!

Jawaban no. 4 :
Anda kurang bisa mensyukuri apa yang sudah Anda miliki. Anda juga terlalu egois karena selalu merendahkan segala hal di sekitar Anda . Hal itu bikin Anda sulit berkembang dan tak mampu menggali potensi terdalam dari diri Anda . Potensi Anda untuk menjadi manusia merdeka sangat minim. Karena Anda tidak mau peduli dengan dunia tempat Anda berpijak sekarang, mungkin Anda jauh lebih berpotensi jadi jin tomang atau jin iprit.

Jawaban no. 5:
Sebagai manusia, otak Anda sangat jarang digunakan. Mungkin presentasi pengunaannya hanya menyerupai otak udang.



KESIMPULAN:
Apakah Anda sudah merasa merdeka atau belum sebagai manusia, tergantung dari bagaimana pikiran yang ada di otak Anda. Kalau gak pingin selalu merasa terjajah dan Anda ingin nasib berubah…..Cuci Otak dulu sanah di antah berantah!!

------------------------

" Terlepas dari apakah Anda berpikir Anda bisa atau Anda tidak bisa, Anda benar dalam keduanya"
(Henry Ford 1863-1947)

(Inspired by The Secret/ Rhonda Byrne , liat review-ku atau liat websitenya)

ARE YOU HAPPY TODAY??


ARE YOU HAPPY TODAY?(NostalGILA krisis seperempat baya)

“ Jangan rancu dalam memperlakukan hidup dan pekerjaan, karena pekerjaan hanyalah salah satu episode kecil dari kehidupan” (Anna Quindlen, Penulis )

Pertanyaan berikut ini pernah diajukan kepadaku:

“Pernah gak sih loe ngerasa boseen dengan kerjaan, ampe bikin idup loe sengsara? “

"Pernah gak sih loe dilanda krisis kehidupan yg bikin idup loe jd hampa?"


Jawabanku:
Saya Pernah. Saya juga. Saya MINUM DUA ! :)

Sebagai seorang lajang (bermata jalang), bukan berarti hidupku selalu happy-happy aja, ga pernah dilanda krisis apalagi krismon (krisdayanti montok??). Kalaupun wajahku terlihat sumringah, bukan berarti hidupku ga pernah resah dan gelisah (geli..geli basah?) dilanda masalah. Kalaupun senyumku sering tersungging, bukan berarti kepalaku ga sering pusing ampe nungging-nungging.

Aku pun pernah sekian lama dilanda krisis yang bikin gairah hidup menipis .
BEGINI CERITANYA ..(diucapkan jumawa ala presenter KISMIS)*woi-garing-abis*
Quarter Life Crisis : Saat Kehampaan Itu DatangDulu aku gak pernah tau apa yang dimaksud Quarter Life Crisis, sampai saat ditugaskan mewawancarai Happy Salma - si artis muda nan sexy- di penghujung tahun 2005 tentang new year resolutions. Happy kelihatan bimbang, bahkan mengaku ga punya resolusi baru untuk tahun yang baru. Berbeda dengan namanya, saat itu aura kegembiraan memang tak tampak di wajah gadis ini (Gadis? sok tau ye…).

“Sebenarnya saya ga punya rencana yg pasti untuk setahun ke depan. Gak tau yah.. belakangan ini saya sering ngerasa gak yakin dengan tujuan hidup sendiri.. Mungkin karena saya lagi dilanda krisis hidup seperempat baya kali ya…” begitu Happy beralasan.

That was it!! Saat itu aku menyadari persamaan antara diriku dan Happy. Bukan karena lekuk badan kita yang mirip (body-nya mirip angka 8, dan body-ku mirip angka 0), tapi karena “kehampaan” yang sama-sama saat itu kita rasakan.

Padahal di usia mencapai seperempat abad, aku sudah mendapatkan banyak hal yang kuinginkan. Saat itu, aku sudah berhasil bergabung dalam “nama besar” dengan penghasilan lumayan besar (pasak daripada tiang). Tapi saat itu duniaku terasa menyempit. Pikiranku jadi tulalit. Bukan karena ritseleting celanaku sering kejepit akibat perut semakin membuncit kebanyakan selulit, tapi karena kehampaan yang begitu menghimpit.

Ketika masih “ber-status” mahasiswa di Jurusan HI (Hubungan Intim), hidupku memang berwarna dan bergairah. Dompet Adem Ayem; Kegiatan Macem-macem; Pacar Setia bikin hati tentrem ; Temen2 jumlahnya bejibun; Penggemar Apalagi :) Saat itu aku punya banyak rencana setinggi langit, salah satunya menjadi Istri Diplomat (apakah ini cita-cita yg cukup tinggi??? ).

Tapi nyatanya…..saat mencapai usia seperempat abad, semangatku tersisa senin-kemis; Dompet kembang kempis; Kegiatan sejenis (kerjaan + kerjaan lagi + laGILAgi kerjaan!!) ; Pacar kosong kronis; Temen2 udh berkeluarga harmonis; Penggemar Apalagi :( Jangankan rencana hidup setinggi langit, rencana sekolong jembatan aja aku ga tau!

Sebagai seorang pengagung kebebasan dan pencinta pria(!), dari dulu aku menginginkan karir yang bisa memberikanku kesempatan berpetualang (cinta). Karenanya kupilih bekerja sebage seorang juru kabar a.k.a kuli tinta. Tapi di tahun-tahun pertama bekerja, statusku sebagai kuli tinta sering tak diakui karena tergabung di “tempat-tempat-yang-dianggap-tak-ternama”. Tahun demi tahun kutentukan target, kutetapkan strategi, kumantapkan langkah, hingga bisa sampai di “tempat-yang-dianggap-sangat-ternama”. Tapi setelah itu, statusku sebagai kuli tinta malah semakin diragukan karena ditempat ini semua beritaku hanya berkutat dengan dunia keartisan.

Berbagai keramaian yang kerap kudatangi karena tuntutan kerja tak bisa membuat diriku nyaman. Bahkan di tengah keramaian, aku sering merasa kesepian. Then I realized I was not happy with my life! Apa yang salah dengan diriku? Ada apa dengan hidupku? Ada Apa Dengan Cinta? Sepi dan Sendiri …Bosan aku dengan kesunyian. Kulari ke hutan dan berlari ke pantai. Kenapa tak pecahkan saja gelasnya biar gaduh…. (loh…ini sih puisi Dian Sastro di film AADC!)

Dan aku berusaha mencari jawabannya melalui berbagai cara yang “menjanjikan’ kebahagiaan. Berbagai pelatihan self-healing seperti metode yoga, hipnoterapi, bioenergi, meditasi, ampe energi-terasi-basi (emang ada?) telah kucoba. Bermacam bahan bacaan pencerahan seperti buku motivasi, primbon, hingga stensilan (?) telah kulihat (dilihat doang?? kagak dipraktekin??). Semuanya itu menganjurkan kesamaan menuju kebahagiaan, yaitu Kenali diri Sendiri (Knowing your self and Knowing your potential) dan Selalu Berpikir Positif . Ah, kedengaran klise! Pertama…udah jelas dong aku kenal dengan diriku (secara udh puluhan tahun hidup getu loh…!). Kedua, bagaimana mungkin aku bisa selalu berpikir positif.....sedangkan membaca saja aku sulit ….

Penunjuk Jalanku Menemukan KebahagiaanKalau otak terlanjur dangkal, hati kadung bebal, pikiran negatif terlalu menggumpal dan lemak semakin menebal, saran sebagus apapun pasti mental. Tapi ketika dikondisikan oleh keadaan yang membuatku merana seperti ditampar-dijenggut-dicengkeram-ditendang-abis-abisan-layaknya adegan-kekerasandalamrumahtangga-di-sinetron-religi, barulah aku diharuskan berpikir.

1. Need Vs Want= Mana yang aku pilih??Suatu kali aku ditugaskan meliput artis Roy Marten yang ditahan di Polda karena kasus kepemilikan narkoba. Saat sedang BT (birahi tinggi??) seharian nunggu, tiba-tiba seorang rekanku Mentari (bukan nama sebenarnya) datang bersama Anna Maria, istri Roy. Ternyata hari itu Mentari sedang off dari jadwal kerja untuk menemani Anna. Yang lebih mengagetkan, Mentari tak malu mengaku kepada rekan-rekannya bahwa adiknya juga sedang ditahan di Polda atas kasus yang sama. Disitu aku takjub melihat keakraban Mentari dan Anna Maria. Kudapati betapa Mentari seorang yang penuh cinta kasih saat mau mengakui kepada orang banyak bahwa adiknya adalah seorang tahanan. Betapa kehadiran Mentari bagaikan cahaya yang menghangatkan orang-orang sepertiku yang hampir mati beku karena kedinginan.

Ketika itu, Mentari dan diriku sama-sama wartawan infotainment. Tapi, tak pernah aku dengar ia mengeluh karena beban tugas apalagi dipusingkan dengan cap pemburu gossip. Sementara, aku sering kesal saat status kewartawananku diremehkan. Akhirnya aku cuma mau menghubungi para artis untuk kepentingan rating, tanpa pernah berusaha memahami mereka. Di luar urusan liputan, aku malah balik memaki-maki mereka. Ternyata pikiran picik ini, membuatku tak bisa memaknai apapun yang kukerjakan, selain menjadi si pengeluh sejati. Belum lagi aku sering merasa sengsara karena hidupku begitu dikendalikan oleh jadwal shift (nasif) dan rating yang membuatku terbelenggu. Dengan sombongnya kuanggap proses yang harus dilalui saat itu tak akan bermanfaat apapun dalam perjalanan karirku. Jangan-jangan sebagai juru kabar, selama ini aku berkejaran dengan waktu bukan ingin mengabarkan kebenaran, tapi hanya untuk mendapatkan pengakuan???

I am indeed what i think. Begitu pikiranku terbelenggu dengan berbagai pikiran negatif, begitu pula hidupku benar-benar menjadi terbelenggu. Aku lupa memaknai tiap langkah yang harus kulalui, hingga mengabaikan tujuan sebenarnya dari profesi yang kujalani. The adventures, The Travel oppurtunities, Being the first to know about important things in this country, being able to attend amazing events as a member of the press......Bukankah itu semua yang sejak dahulu aku impikan?? Setelah semua kudapat, aku malah memusingkan anggapan orang, segala beban kerja yang tinggi, dan segala peraturan perusahaan yang bikin mumet. Jadinya hidupku begitu dikendalikan oleh pekerjaan ! Saat kerjaanku sedang enak….hatiku begitu senang!! Saat kerjaanku sedang enek…..aku lari ke om senang…eh hidupku begitu meradang!

Leonard, seorang Natural Healer, guru dan motivatorku pernah berkata , "Yang penting bukan pekerjaannya. Tapi bagaimana kita memaknai apa yang kita kerjakan. Cobalah lihat segalanya dengan indah, dan semuanya akan menjadi indah. Berdamailah dengan jiwamu yang indah, dan kau akan bisa melihat segala sesuatunya menjadi indah."

Appaan tuuuh? Kalo kata Jaja Miharja!!! Kalo kataku.....Sutra laah boo ...Klise amat sih sarannya!! Gak aplikatif!! Gak solutif!! Kagak ngerti.......

Malaikat penjagaku menimpali :
" Makanya udah dikasi otak tuh dipake! Jangan dipikirin bebannya mulu dong, pikirin aja duitnya! Udah untung masih ada orang yang mau menggaji !! Kalo gak mau disuruh-suruh, yah jadi boss aja bikin perusahaan sendiri getu loh!! Emang sampe kapan itu otak cuma dipake 1 persen??"


2. Kenalkah Aku dengan diri sendiri??Ada anggapan, untuk mengetahui orang baik, lihat saja dari kawannya. Orang baik itu disayang banyak orang dan punya banyak kawan dimana-mana. Pelita – seorang resepsionis berwajah rupawan, di tempatku bekerja dulu- adalah contoh istimewa. Sepengetahuanku, Ia termasuk karyawan yang sangat jarang mengeluh dan selalu memperlakukan semua orang sebagai kawan. Di “ruang kerjanya” yg begitu terbatas, dunia Pelita tampaknya begitu luas . Sering kujumpai Pelita dikelilingi berbagai orang , dari level office boss sampe office boys, yang sedang curhat masalah kerjaan disampingnya. Wajah yang selalu terlihat segar dan pribadi yang sangat ramah, membuat kehadiran Pelita seperti “lilin kecil” yang menyinari kegelapan. Padahal sebagai karyawan honorer yang harus berjuang dengan upah minim sambil menyelesaikan kuliah, mungkin persoalan hidup Pelita tak kalah rumit dari siapapun.

Kalau Pelita selalu terlihat segar dan ramah, aku selalu SEGAR (senantiasa GARANG) dan berkepribadian RAMAH (Rajin Marah-marah!!). Siapa juga yang betah berlama-lama dengan orang yang sering mengeluh dan melenguh seperti ini? Padahal sebagai kuli tinta, “Ruang Kerja” ku sangat luas dan tak terbatas , tapi aku malah merasa duniaku semakin menyempit. Memang begitu banyak orang yang kujumpai, tapi sebenernya aku gak tau apakah mereka benar-benar menganggapku sebagai kawan atau sekedar rekan kerja yang tak meninggalkan banyak makna. (istilahnya "kalo Loe ada syukur...kalo Loe kagak ada syukurin!"). Mungkin ini juga yang bikin orang bule sono membedakan terminologi friends (kawan) dan kenalan/rekan kerja (colleagues).

Seringkali setelah tugas liputan selesai, begitu saja kulupakan para narasumber dan orang-orang yang pernah membantuku dalam urusan kerja! Dan di luar urusan kerjaan, aku susah sekali meluangkan waktu saat ada yang membutuhkan! Seorang kawan pernah berkata, hal yang aku alami adalah wajar, karena pergaulan sifatnya seperti bentuk segitiga yang mengerucut kecil ke atas. Semakin usia bertambah, semakin sedikit jumlah kawan yang dimiliki. Benarkah?? Betapa sengsaranya hidup seperti segitiga, menjadi satu titik saat tiba dipuncak! I might be so lonely at the top!
Rasanya bertahun-tahun lalu aku punya banyak kawan yang mengelilingiku!! Kemanapun pergi, selalu ada kawan yang hadir untukku. Kemana kawan-kawanku sekarang??? Dimana mereka yang dulu selalu peduli padaku??Tunggu dulu...memangnya aku peduli dengan mereka?? Aku sendiri pun lupa kapan terakhir kali bersedia meluangkan waktu yang berkualitas untuk mereka-yang kuanggap kawan!! Di-SMS, aku males bales!! Di-telepon, aku pura-pura lagi miting (mijit kepiting!!)! Diundang acara apapun, aku jarang datang!! Aku baru mau menampakkan batang idung di pesta-pesta pernikahan (maklum, pengen hunting lekong sambil ngembat makan gratisan!). Tapi di luar itu, ntar dulu! Dengan dalih (sok) super sibuuuk, ada sejuta alasan untuk menghindar tiap kali mereka membutuhkan kehadiranku (Udah stress ama urusan kerjaan kaleee.... mendingan pilih molor dong!)

Dan ternyata ..life means nothing without friends!! Mungkin itulah yang bikin hidupku semakin kering . Rasanya aku ingin kembali ke masa lalu, saat hidupku penuh warna dengan kehadiran banyak orang yang membuatku istimewa sebagai manusia!! Malaikat Penjagaku kembali “mendampratku” kembali, “Ngapain sih ngebanggain masa lalu?? Yang penting kan hidup loe sekarang!!” Yah seharusnya lika liku dunia kerja bisa mendewasakan diriku, bukan malah mentransformasiku menjadi makhluk angkasa luar yang selalu merasa terasing dan kehilangan jati diri. Mungkinkah diriku memang tak lagi mengenali diri sendiri??


3. Kesuksesan seperti apa yang aku mau??Menurut Jennie S.Bev, seorang guru dan inspirator bagi banyak orang, kesuksesan itu adanya di pikiran. It is not a journey, nor a destination. It is already within you. Di ROTARACT CLUB sebuah organisasi sosial-kepemudaan, aku disadarkan bahwa hidup ini tak selebar daun kelor, cuma buat ngurusin kantor, molor, dan kolor. Di tempat ini pula aku bertemu orang-orang luar biasa dari berbagai profesi yang memberikan contoh nyata tentang Positive Attitude, yang selalu menularkan virus positif. Apapun jenis pekerjaannya, minumnya teh botol sosro…eh, apapun jenis pekerjaannya, mereka selalu terlihat antusias, penuh sukacita dan senang berbagi kebahagiaan.

Dari mereka aku melihat makna “kepemimpinan” sebenar-benarnya. Pemimpin sejati adalah mereka – Para Pencinta Kehidupan yang bisa memahami dan mengontrol dirinya sendiri serta mencintai setiap insan manusia. Kasih (itu julukanku) , seorang kawan di tempat ini adalah contohnya. Walaupun kondisi fisiknya kurang sempurna, ia selalu menunjukkan kegairahan hidup dan terlihat penuh kasih ke setiap orang hingga aura positif dirinya membuatnya selalu bersinar.




Sedangkan aku? Kalau diibaratkan kawanku Kasih bagaikan lampu Philips yang cahayanya terus terang-terang terus, diriku ini bagaikan lampu templok karatan yang cahayanya redup segan idup pun enggan. Semakin banyak hal yang kudapat, semakin aku merasa susah untuk dipuaskan. Bukannya malah menolong sesama, aku terus melolong dan merongrong seisi dunia! Bukannya murah hati dalam membantu, hatiku malah semakin membatu dan membeku!

Apalagi setiap kali terbebani masalah, selalu ada pihak lain yang kujadikan penyebab kesengsaraanku. Selalu ada pihak lain yang harus bertanggung jawab atas segala tumpukan kekesalan, cacimaki, dan birahiku (!!) Sekian lama badanku digerogoti dengan berbagai virus misuh-misuh bin brontok stadium akut. Seakan gak rela menderita sendirian, begitu cepatnya pula virus-virus ganas itu kutularkan dan kusebarkan ke sejagat raya. What kind of a human am I?? Maybe I am not a human, but a mutant! ? Mungkin diriku ini adalah Monster berpinggul besar yang siap melumat setiap manusia!! Ataukah aku ini cuma temennya bawang....cabe deh :)

Begini sindiran sinis Malaikat Penjagaku:
Jadi kalo loe ga pernah bisa ngerasa bahagia….itu salah siapa??
Trus kalo loe selalu sengsara karena urusan kerja …itu salah bos loe???
Trus kalo loe udah jadi bos tapi tetep sengsara...itu salah anak buah loe??
Trus kalo loe selalu ngerasa Indonesia penuh bencana…itu salah Presiden loe??
Trus kalo loe jd Presiden Amerika ngerasa dunia dilanda bahaya...itu salah negara lain?
Trus kalo loe ga bisa punya temen…itu salah gue??? Ehh...yg ini sih dialog Cinta di AADC lagee
4. Apa sih sebenernya tujuan hidupku??

Gloria- seorang nenek dari Panti Jompo berusia 65 th yang kujumpai pada kegiatan yang diadakan oleh orang-orang disini, adalah contoh luar biasa bahwa Success and Happiness is about Mindset. Semuanya berawal dari dalam jiwa dan pikiran. Saat semua manula ditempatnya terlihat seperti “mayat hidup”, namun Gloria terlihat sangat bergairah, bahkan jauh “lebih hidup” dibandingkan para manula yang usianya lebih muda.
Hampir semua manula di panti tersebut menghabiskan hari dengan tidur-nonton tv-makan-tidur. Tapi Gloria mempunyai banyak aktifitas yang menjadikan hidupnya bermakna, seperti berkebun, berlatih nyanyi, ataupun mengunjungi dan menghibur rekan-rekan manula dari satu kamar ke kamar lain. “Kehidupan di panti memang membosankan, tapi saya gak mau mati karena kebosanan. Karena itu saya pilih menjadi bahagia", terang Gloria. Tentu saja ucapannya ini seperti menamparku, yang selama ini masih bisa melihat banyak tempat dan bertemu banyak orang, tapi selalu merasa nelangsa....

Seperti kata Gloria, Kebahagiaan adalah pilihan. Dan semua orang yang selalu berbahagia pasti tahu untuk apa dirinya ada di dunia ini dan apa tujuan hidupnya. Begitu juga dengan Wina Aswir, seorang penulis dan blogger, tempatku berguru banyak hal tentang blog. Dialah yang menawarkan diri secara cuma-cuma untuk mendesain segala tampilan blogku hingga bisa cantik seperti sekarang. Ia pernah bercerita bahwa hidupnya jauh lebih berharga dan bahagia setelah memilih meninggalkan dunia kerja . Sebagai fulltime mother, ia bisa lebih mengaktualisasikan diri melalui dunia blogging, dimana ia bisa mendapatkan banyak pengetahuan dan kawan dari dunia maya yang begitu peduli dan perhatian kepadanya.


Benarkah aku tahu dengan tujuan hidupku yang selama ini aku jalani??? Mungkin sekian lama aku terus mengejar kebahagiaan material dan segala hal yang bersifat semu. Aku lupa menyeimbangkan kebutuhan sosial dan spiritual yang bisa membuatku menjadi manusia seutuhnya, dan bukannya Manusia Robot seperti selama ini. Seolah Flash Gordon, Aku berlari dan berlari dengan kecepatan tinggi mendahului Sang Gundala Petir, meninggalkan manusia-manusia di belakang sana yang begitu menikmati setiap langkah mereka.
Ketika aku tancap gas melibas segala rintangan dengan ngebut sampai di tujuan , tak kudapati lagi seorangpun disekelilingku. Ternyata segala hal yang telah kuperoleh, menjelma menjadi tak begitu berarti lagi, saat kusadari begitu keroposnya casing jiwa Robotku ini. Andai saja si Robot Kaleng ini kehabisan baterai , mungkin tak ada seorangpun yang berdaya menolong lagi. I might be desperately lonely to the death!


Sekali lagi Malaikat Penjagaku menimpali,
"Eh...eh dari tadi situ ngomongin tujuan hidup! Emang sebenernya tujuan hidup situ mo ke neraka kelas ekonomi apa ke neraka kelas eksekutif sih ?? Udah encok, pegel linu, rematik, dan asam urat nih, nyatetin dosa-dosa dan perbuatan bejat situ yang banyaknya segambreng-gambreng!!! "


My Pursuit Of HappinessArthur Schopenhauer, Seorang filsuf Jerman, pernah berkata bahwa musuh utama dari kebahagiaan adalah kesengsaraan dan kebosanan. Dua tahun sudah berlalu sejak aku bergelut dengan krisis hidup seperempat abad, dan harus terseok-seok merangkak keluar dari lubang kesengsaraan itu.

Sekarang aku telah mendapatkan “kebebasan-seperti-burung” yang membuatku bisa berkelana semauku tanpa ada pihak manapun yang mengekang . Walau untuk itu tak ada lagi jaminan sejumlah uang yang bisa kuterima di rekeningku tiap bulan. Tak bisa lagi kukenakan “nama besar” yang selama ini memayungiku kemanapun pergi. Tak kumiliki lagi kartu pers yang sekian lama telah membuatku merasa berkuasa.
Lalu …sudahkah aku hidup mapan bergelimangan sandang pangan dan papan seperti jutawan??? Dono Kasino Indrow!! Boro –boro ya bow!! Well….kita emang gak mungkin bisa mendapatkan semua hal yang kita inginkan di dunia ini. (Emangnya mau taro dimana ???)

Tapi aku tahu karena kehadiran orang-orang yang meninggalkan dan mengisi makna penuh warna dalam hidup inilah yang bisa membuatku “bahagia-berasa-kaya-raya”, walaupun nggak selalu mendatangkan harta, tahta, apalagi waria (?). Seperti kata om Charlie Chaplin, Life is a tragedy when seen close up, but a comedy when seen zoom out.
Walau kini tak ada lagi tempat berlindung yang memayungi status kewartawananku, tapi rasanya jiwa seorang Juru Kabar itu akan selalu bersemayam dalam dadaku (koq...kayak Patih Gajah Mada lagi ngucapin Sumpah Palapa??). Emang bener koq aku ini seorang kapiten....eh seorang kuli tinta amatir!!! Si Mamad temennya Surya Paloh!! So what getu lohhh ...

Jadi….tak perlu lagi kucari-cari dimana letaknya kebahagiaan, because it’s already within me and i choose to be happy!

SO….ARE YOU HAPPY TODAY????

(Untuk semua kawanku, para bintang yang bersinar terang dalam kehidupan)

MENERTAWAKAN DIRI SENDIRI = A Good Theraphy For Our Health


MENERTAWAKAN DIRI SENDIRI = A Good Theraphy For Our Health
(A Lesson from A friend, Kambing Jantan, and TUKUL ARWANA)


Tragedy + Time = Comedy
(Carrol Burnett, Komedian)



Sebuah Mitos “Jepitan Jemuran”

Apa hal paling bodoh yang pernah kita lakukan????

Semasa SMP, aku sering menjepit hidungku dengan jepitan jemuran (?!), dengan asumsi bodoh bahwa hidungku yang mungil ( plus MUka NGILer….) bisa jadi mancung. Entah sejak kapan dan dari mana munculnya mitos bahwa menjepit hidung dengan jepitan jemuran bisa bikin hidung jadi mancung. Yang jelas saat zaman ABG (Anak Baru Gembrot), aku termasuk orang yang percaya mitos itu.

That silly thing always remain a secret of mine, sampai suatu hari aku bertemu dengan teman dekatku masa sekolah, setelah sekian lama tak bertemu . Kemudian kita bercerita tentang hal-hal bodoh yang dulu kita pernah lakukan. Dan aku menceritakan tentang “jepitan jemuran” itu kepadanya. Aku tahu ia pasti akan mengejekku habis-habisan. Secara mengejutkan, ternyata dia malah balas berkata :

“ Eh , sama dong. Kirain gue aja yang ngejepit idung supaya mancung. Gue malah ngelakuin hal itu sampe zaman kuliah. “

Wakakakak. Ternyata ada juga orang lain yang percaya mitos “jepitan jemuran” itu dan benar-benar menjepit hidungnya, bahkan sampai usia 20an tahun :) Padahal idung temenku itu udah mancung. Tapi saat itu, kita berdua puas ngakak, menertawakan ketololan kita sendiri. Anyway.... menertawakan ketololan diri sendiri nyadarin kita kalau we are just human being, dan bukannya Wonder Woman..

Menertawakan diri sendiri = Sebuah Pilosopi
Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang. Yup. “Jargon” ini sempet ngetop saat KDI lagi naik daun. KDI yang dimaksud disini bukan kontes bintang ndangdut fenomenal yang sekarang audisinya ampe ke negri-negri Jiran itu. K.D.I yang aku maksud itu adalah Kasino Dono Indro!! (eh, suka-suka Tante dong ngasi singkatan…… ….:p)

Paling enak emang kalau kita bisa tertawa dan gembira di setiap saat. Tapi seringkali kita tertawa karena “objek penderita” yang kita ketawain adalah orang lain. Kita bisa senyum simpul, senang, sumringah, dan menggelinjang (hushhh jangan ngeres!!!) , karena kita ngetawain orang lain.

Tapi, menurut Mbah Mari Marijan Kartosuwiryo dari Gunung Kidul, menertawakan orang lain adalah pelajaran paling dasar dalam “ilmu wangsit dan kanuragan” . Sedangkan tingkat tertinggi dalam STPDN (Sekolah Tinggi Pelawak Dagelan dan Ngebanyol) adalah pelajaran menertawakan diri sendiri. Menurut si Mbah, menertawakan diri sendiri adalah hal mudah, tapi paling sulit dilakukan. Padahal menertawakan diri sendiri adalah sebuah terapi yang baik untuk kesehatan. Lho koq???

Gak perlu jadi Sigmund Freud untuk memaknai “wangsit” si Mbah. Ini psikologi yang sederhana. Kata si Mbah, orang yang mau belajar untuk menertawakan diri sendiri, berarti orang tersebut mau belajar untuk Jujur (kacang ijo) dengan diri sendiri, sehingga stress pun bisa jauh dari hidup.

And, I’ve learned a lot about life from those people who can laugh out loud at themselves. Here are some people who have teached me :

1.Si Jelita – A friend of mine
Namanya CORIZON. Tapi aku menjulukinya si JELITA. Bukan karena JErawatnya ada LIma JuTA, tapi karena parasnya begitu menawan hingga memenjarakan setiap pandangan mata (busseeet…ini bahasanya sounds like Pance F. Pondaag bangedh???). Penampilan Jelita pun selalu Modis, mengikuti tren gaya pakaian terkini (berbeda sekali dengan diriku yang juga MODIS = Modal Diskon!). Kalau dilihat sekilas, penampilan si Jelita hampir sama seperti artis-artis Korea yang sering muncul di tipi.

Suatu kali, aku pernah bertanya kepadanya, kenapa dia bisa tampil gaya, dengan dandanan full make up, di setiap waktu, selalu untuk selamanya, seperti lagunya Fathur Java Jive :) Begini jawaban si Jelita:

“Kalau aku tampil full make up dan gaya seperti ini, berarti aku sedang ngerasa bodoh. Kalau ada orang yang tahu kalau aku ini gak punya otak, orang bisa maklum. Kan orang sering nganggep, cewek yang bloon itu masih bisa bisa dimaafkan, asalkan cantik. Jadi bisa imbang gitu”

Hahaha. What a brilliant answer of her!!! Tentu saja Corazon yang aku tahu selama ini bukan cewek bloon. Corazon yang masih kuliah di kampus ternama di Jakarta ini sangat cerdas. Saat teman-teman kuliahnya sibuk nge-dugem, Corazon sibuk berorganisasi dan mengikuti berbagai seminar atau workshop untuk menambah wawasan dan network . Cita-citanya pun mungkin “terdengar berat” bagi cewek seusianya, yaitu ingin mencerdaskan generasi muda (phew...!!)

Tapi aku sangat salut dengan Corazon yang mau jujur dengan dirinya sendiri. Jawaban Corazon di atas tadi, bukan sekadar jawaban yang asal njeplak, tapi punya makna yang mendalam. Selain menertawakan dirinya sendiri, ia juga sedang menertawakan lingkungan sekitarnya, yang sering menilai seseorang dari luarnya saja, apalagi menghubung-hubungkan penampilan fisik dengan isi kepala.

2. Raditya Dika – Si Kambing Jantan
Raditya Dika adalah penulis buku best seller Kambing Jantan, yang udah dicetak ulang ampe delapan kali. Buku ini di angkat dari “catatan-catatan harian pelajar bodoh” si Dika di blog pribadinya tentang kehidupannya yang super ancur dan penuh kegokilan . Blog tersebut pernah terpilih sebagai Best Indonesian Blog Award 2003 dan menjadi blog Indonesia pertama yang dibuat jadi buku.

Siapa sangka, buku Kambing Jantan yang berisi catatan harian yang dodol bin gokil ini, banyak menginspirasi orang, bahkan pernah jadi penyelamat hidup buat seorang remaja yang nyaris bunuh diri! Dan dalam waktu dekat, Kambing Jantan akan diangkat jadi film layar lebar, dengan Raditya Dika sendiri sebagai si pemeran utama.

Aku pernah menyaksikan sendiri kegokilan Si Kambing Jantan dalam sebuah sesi talkshow disini. Selama talkshow, si Kambing ini lancar berbagi rumput…..eh berbagi cerita (atau berbagi aib?) tentang segala kebodohan plus kesialan dalam hidupnya, persis seperti yang ada dalam bukunya. Ngalor-ngidul sendirian layaknya Stand Up Comedian handal, penampilan Si Kambing ini sukses bikin aku sakit perut…ampe KATARAK, alias KAgak TAhan beRAK:)

Gokilnya….si Kambing bagi-bagi doorprize buat penonton berupa hadiah ember!! Yup, kalo penulis lain bagi-bagi buku, tapi dia bagi-bagi EMBER (??!!!). And amazingly … dia menutup talkshow dengan atraksi KAYANG!! (ingat… dia adalah penulis, bukan pemain sirkus, pemain smack down, apalagi penyanyi dangdut!!).

Kalau saat ini Kambing Jantan menjadi fenomenal, mungkin karena selama ini belum pernah ada orang yang begitu blak-blakan, membongkar segala kebodohan dan ketololan diri sendiri, seperti yang dilakukan Raditya Dika. Kalo dipikir-pikir, gimana yah rasanya kalo aib kita sepanjang hidup ditertawakan orang sejuta umat?? Sori dori cori mori….kaleee!! Tapi aku yakin Raditya Dika, si Kambing yang brilliant itu bakal jadi The Next Big Thing dalam dunia showbiz.

3.TUKUL ARWANA

A true comedian is he who can laugh at him self. Rasanya sangat jarang ada pelawak Indonesia yang menjadikan dirinya sendiri sebagai “objek penderita” untuk bahan lawakan. Kebanyakan pelawak kita saat ini menjadikan orang lain sebagai bulan-bulanan untuk mengundang tawa. Almarhum Gepeng dari Srimulat adalah salah satu pelawak legendaris yang sering mengolok-olok dirinya sendiri saat beraksi di panggung. Sampai sekarang, Gepeng dikenang sebagai pelawak hebat. Dan bisa dibilang, penerus Gepeng saat ini adalah Tukul Arwana.

Apa hebatnya menjadikan diri sendiri sebagai bahan olok-olokan?? Begini alasan Tukul, si Ndeso nan Katro, yang sering melawak dengan cara membodoh-bodohi diri sendiri :

“Melawak adalah urusan mental. Menertawakan diri sendiri – apalagi di depan orang banyak, nggak semua orang mau dan mampu melakukannya. Kebanyakan orang lebih senang menjadikan orang lain sebagai bahan olokan. Daripada mengolok-ngolok orang, saya lebih senang menjadikan diri sendiri sebagai bahan olokan. Selain itu, menertawakan diri sendiri adalah “kunci” , agar tak pernah kehabisan bahan lawakan.”

Berbeda dengan “budaya” dunia lawak di Indonesia, dimana para pelawaknya tampil keroyokan atau berada dalam satu grup, di negri-negri maju, pelawak yang hebat adalah mereka yang bisa tampil solo sebagai stand-up comedian. Contoh Stand Up Comedian Amrik yang sukses adalah Chris Rock, seorang Negro yang dulunya bartender di sebuah klub komedi. Kehidupan Chris dari kecil memang susah dan selalu jadi bulan-bulanan orang, jadi dia cuek aja mengolok-olok dirinya setiap ngelawak. Begitu pula Martin Lawrence, aktor top Hollywood, dulunya juga Stand Up Comedian yang sering menjadikan dirinya sendiri sebagai bahan olokan. Para Stand-up Comedian bisa sukses bukan hanya berani malu dan diolok-olok orang, tapi lebih karena mereka memandang hidup dari sisi jenaka.

Menurut Ramon Temmibens, seorang “Pengamat humor”, dan pemilik Comedy Café di Jakarta, sangat sulit untuk menjadi seorang Stand-Up Comedian, karena dibutuhkan tingkat intelegensia yang tinggi, wawasan luas, proses belajar yang terus menerus, serta tentu saja kemampuan menjadikan dirinya sendiri jadi olok-olokan. Menurut Ramon, sangat jarang ada pelawak negri ini yang bisa memehui kriteria untuk itu. Saat ini, Tukul Arwana termasuk pelawak yang punya kriteria sebagai Stand- Up Comedian.

So, kalau saat ini Tukul berada di puncak ketenaran, adalah hal wajar mengingat si cover boy majalah sobek ini adalah pelawak luar biasa, a real comedian, who can laugh out loud at him self. Tukul pun bisa menjadikan segala kekurangan yang dimiliki, menjadi kelebihannya. Menurutku, dalam dunia lawak Indonesia, He’s one in a million, might be once in a lifetime.

Menertawakan diri sendiri = Bukan budaya lokal ???
Belum lama, ada pro dan kontra sehubungan rencana beberapa pihak mensomasi Effendi Gazali sebagai penggagas tayangan News Dot Com, bahkan menuntut stasiun TV yang menayangkan untuk menyetop acara itu. Tayangan parodi politik ini dinilai terlalu banyak menertawakan para pemimpin negri ini. Menanggapi hal ini, Gus Dur mengatakan bahwa para pemimpin negri ini belum bisa belajar menertawakan diri sendiri. Menurut Gus Dur, pemimpin yang hebat adalah mereka yang bisa menertawakan diri sendiri. Jadi ngapain mesti capek-capek mensomasi tayangan TV, kalau hal yang dikritik (atau ditertawakan??) adalah benar. Gitu Aja Koq Repot, begitu istilah Gus Dur (yang ini bukan kakaknya Gus Hiddink, pelatih sepak bola itu loh).

Aku gak berkompeten untuk menilai mana yang benar dan salah tentang polemik di atas. Tapi sepertinya menertawakan diri sendiri memang belum membudaya disini. Di negri-negri maju, Menertawakan diri sendiri adalah budaya Otokritik. Seorang George Bush pasti tak akan lupa kalau dia pernah ngomong : I love Europe. My favourite country is Amsterdam.

Contoh lain, sebagai kebalikan dari Academy Award, di Amrik sana juga ada Razzie Award, ajang “penghargaan” yang telah berlangsung selama puluhan tahun untuk memilih segala yang terburuk dari dunia film. Banyak dari mereka yang terpilih sebagai sutradara terburuk, aktris terburuk, aktor terburuk, dan lain-lain adalah nama besar di dunia film dan bahkan pernah mendapat Piala Oscar . Tentu saja para “pemenang” Razzie Award, tak menganggap “penghargaan” itu sekedar olok-olokan untuk mereka tertawakan sendiri, tapi juga sebagai kritik yang membangun. Coba bayangkan apabila digelar acara serupa disini, kayakanya malah banyak mengundang somasi ini itu deh....

Anyway....bagiku sendiri, Tukul Arwana, Si Kambing Jantan, dan Si Jelita, adalah contoh orang-orang yang berusaha jujur dengan diri sendiri dan melihat kehidupan dari sisi jenaka. Orang-orang seperti inilah yang bikin dunia ini menjadi lebih indah, karena mereka bisa membuat perubahan besar untuk dirinya sendiri dan orang lain. Definitely, I’ve really learned a lot to live a life from those people. Seperti kata Carol Burnett, seiring bertambahnya waktu, setiap tragedy dalam hidup adalah sebuah komedi.

So….Cobalah Lebih Serius untuk Tidak Serius!! Ayo….kita kembali ke…..POHON!!!!

Wrong Address : SLAHA ALATAM



Wrong Address : SLAHA ALATAM

Benarkah kita (TIDAK) terbiasa mencerna informasi secara baik????


Aku pernah mengikuti sebuah kegiatan bersama pemuda-pemudi Singapura selama dua minggu. Salah satu “aturan” yang ada di buku panduan mereka adalah anjuran untuk tidak mudah menghakimi (Don’t Be Judgemental), atas apapun. Ternyata mereka benar-benar menerapkan “aturan” ini dalam kesehariannya, dengan cara membiasakan diri untuk mencerna informasi dengan baik. Mungkin budaya seperti ini bisa membuat Singapura menjadi negara maju.

Bagaimana dengan kita?? Apakah kita sudah terbiasa mencerna informasi dengan baik??

Contoh Satu (hal kecil, sering terjadi):
Di sebuah milis yang beranggotakan para professional, seorang teman, sebut saja si CANTIK pernah mem-forward email tentang informasi lowongan pekerjaan (loker). Di email tsb, si CANTIK sudah memberikan informasi lengkap tentang kriteria loker dan juga alamat email HRD kantor bersangkutan.

Esoknya si CANTIK mengirim email klarifikasi, yang memberitahukan bahwa ia bukan bagian HRD, dan ia juga tak tahu menahu tentang proses rekrutmen (wajar saja, karena ia toh cuma mem-forward email). Klarifikasi ini dia buat karena setelah mem-forward info loker tersebut, inbox dia dipenuhi email-email yang menanyakan prosedur rektrumen tentang loker tersebut. CANTIK juga kewalahan menerima surat lamaran yang ditujukan ke emailnya, bukannya malah langsung ditujukan ke alamat email HRD yang bersangkutan.

Contoh Dua (hal besar, Selalu terjadi) :
Dalam kehidupan kantor ataupun komunitas pergaulan, seringkali kita mendapati ada saja pendapat yang mendiskreditkan nama seseorang, Anggapan seperti: Si Fulan itu orangnya begini…loh…, Si Fulanwati orangnya begitu loh……, biasanya berkembang dari mulut ke mulut, sehingga kita pun bisa ikut termakan gosip. Akibatnya, kita pun langsung mempunyai prasangka macam-macam. Dan pikiran kita pun terlanjur dipenuhi asumsi-asumsi negatif.

Menurut bosku di kantor, hal seperti ini akan membuat kita antipati dan menutup diri dengan orang-orang yang digosipkan itu, padahal informasi yang kita terima belum tentu benar. Aku belajar banyak tentang hal ini darinya. Semula aku mengira ia adalah orang yang sangat cuek, sampai aku mengerti bahwa ternyata ia adalah pemimpin yang bijaksana. Karena itu ia sangat berhati-hati berkomentar tentang orang-orang di kantor. Suatu saat ia pernah berkata :

“ Omongan dari mulut ke mulut, apalagi kalau isinya jelek, efeknya dahsyat sekali. Apalagi kalau yang ngomong itu orang yang punya pengaruh. Kita bisa terpengaruh informasi yang belum tentu benar, hanya dari satu pihak. Belum apa-apa, kita udah antipati duluan dan menutup diri dengan orang yang digosipkan. Padahal bisa saja orang itu malah bisa banyak ngebantu kita ...”


Media Massa : Apa yang Kita lihat dan Kita dengar pun (tak) selalu benar

Masih ingat simpang siur berita tentang lokasi penemuan Adam Air, tak lama setelah pesawat itu dinyatakan hilang??? Simpang siur berita ini jelas-jelas terjadi karena pihak Media kurang check, re-check, dan verifikasi, sebelum menurunkan beritanya. Tapi berita terlanjur tersebar luas, dan masyarakat pun jadi korban kesimpangsiuran ini. Dan Media Massa terlalu perkasa dan sulit untuk ditaklukan.

Media Massa juga seringkali menurunkan berbagai kisruh antara Tokoh A vs Tokoh B, Kelompok INI vs Kelompok ITU, dan sebagainya. Hal seperti ini bisa jadi komoditi bagus untuk diturunkan sebagai headline. Biasanya, kita pun akan segera responsif untuk berkomentar ini itu, dengan diiringi dengan segala protes, atau bahkan makian. Padahal belum tentu kisruh yang diberitakan tak seheboh yang kita lihat atau kita dengar. Jenis media INI, bisa saja isinya berbeda dengan jenis media ITU.

Sebagai bagian dari orang Media, aku tak berhak menilai, mana yang benar dan mana yang salah. Hanya saja, mungkin kita perlu membanding-bandingkan berbagai informasi yang masuk, sebelum terburu-buru meresponnya. Media Massa memang membantu untuk membuka wawasan kita, namun seharusnya diingat bahwa Media Massa bukan satu-satunya sarana untuk mendapatkan informasi. Sayangnya kita terlanjur memperlakukan Media Massa sebagai DEWA, dan menyakini segala informasi di dalamnya adalah satu-satunya kebenaran.


Rasanya masih perlu puluhan tahun agar kita benar-benar “Melek Informasi dan Melek Media”, Jadi nggak sedikit-sedikit dibikin panas karena sebuah informasi. Di negara-negara maju, Information Literacy dan Media Literacy sudah ditanamkan sejak pendidikan dasar, hingga masyarakatnya terbiasa untuk mencerna dengan baik informasi yang didapat. Mencerna informasi dengan baik berarti mengumpulkan, menyeleksi, mengidentifikasi dan mengevaluasi informasi , bahkan membandingkannya dengan informasi lain, sebelum memutuskan untuk Memberi respon. Kawanku si orang singapura itu mengistilahkan : Jangan Langsung percaya begitu aja dong...

Mungkin kita akan menjadi bangsa yang suka menghakimi (judgemental), kalau kita tidak terbiasa mencerna informasi yang masuk secara baik. Dalam skala lebih besar, sifat judgemental seperti ini, juga bisa menggiring kita untuk merasa paling benar sendiri, dan tak berusaha untuk belajar memahami hal-hal diluar yang kita yakini. Padahal kebenaran bukan milik monopoli, dan keyakinan bukan untuk untuk dihakimi.


Bagaimana dengan orang Indonesia? Benarkah kita (tidak) terbiasa mencerna informasi dengan baik??

Kayaknya kita lebih terbiasa untuk terburu-buru merespon suatu hal, tanpa berpikir panjang lebih dahulu. Istilahnya ; Yang penting ngomong dulu. Masalah benar atau nggak, itu urusan belakangan.

Lalu, salah siapakah budaya seperti ini??? Entahlah, aku pun tak tahu. Tanyalah pada rumput yang bergoyang.

TO BE A BETTER MAN (WOMAN) : SEBUAH RESOLUSI


(image courtesy of : www.fantasticfiction.com / A better Woman by Susan Johnson)

TO BE A BETTER MAN (WOMAN) : SEBUAH RESOLUSI

“Banyak orang mencoba untuk mengubah dunia. Tapi mereka lupa untuk mengubah diri sendiri.” (Leo Tolstoy, Novelis Rusia)

Kira-kira empat tahun lalu, aku pernah diramal oleh dua orang yg berbeda kalo aku akan menikah di usia 26. Begonya…..dulu aku percaya bahwa saat berusia 26 tahun di tahun 2006, aku bakal mengalami peristiwa besar dan mendapat gelar Nyonya (ehmmm…..ehmmm!). Dan ternyata ngedapetin gelar Ny. (nyonyah maksudnya…), nggak segampang ngedapetin gelar Miss Understanding yang selama ini aku sandang :P

Di awal tahun 2006 lalu, salah satu resolusiku adalah mendapatkan Master dan Mister (!). Yup, akhirnya di pertengahan tahun lalu gelar MSi (alias Master of Sinting??) itu berhasil aku raih. I dedicate this for my beloved Mom, in Heaven. And….tahun 2006 telah berlalu! But …aku belum berhasil dapet Mister ! Here I am…still single and negotiable (!). Tapi…..diluar itu, 2006 adalah tahun yang penuh arti buatku. Di tahun ini…lots of wonderful things happenings in my life.

Terus terang , Philips terang terus, eh maksudnya….terus terang sampe 2/3 tahun lalu, aku masih belum tau tujuan hidupku. Hari-hari aku jalani sebagai rutinitas, sometimes I get bored of my life. Sering kali aku gak tau apa tujuan hidupku satu tahun ke depan. Tapi.... aku merasa mulai mendapat titik pencerahan pada hari wisuda di 2/3 tahun 2006. Di hari itu, aku berkali-kali mendapat ucapan lewat sms, yang kira2 intinya adalah: “ Semoga bisa menjadi orang yang berguna”. At that moment, I realized, my life had been extremely tough when I had to work and study both. So I decided not to waste my valuable times. Tiba-tiba aku teringat apa yang dikatakan Almarhum bundaku. Ngedapetin ilmu dari bangku sekolah emang penting. Tapi, ilmu yang didapat dari “sekolah kehidupan” nggak kalah pentingnya.. I got many lessons from the schools already. So, it was about time for me to get many more lessons from the schools of life. Sejak itu aku bertekad untuk lebih banyak “belajar” lagi. Aku bertekad untuk berubah. Bukan B.E.R.U.B.A.H untuk jadi Satria Baja Hitam(!), tapi untuk bikin hidupku lebih berarti.

Aku belajar untuk “membuka” diri terhadap hal-hal baru, lingkungan baru, serta orang-orang baru, bahkan sesuatu yang dahulu nggak pernah aku sentuh. Untungnya, aku juga dipertemukan orang-orang luar biasa yang “mengajarkan” ku melihat perspektif lain dalam melihat hidup dan kehidupan. Melalui berbagai kesempatan, aku bertemu orang-orang muda yang hebat. Mereka bukan public figure, apalagi selebriti. Mereka adalah orang-orang biasa, yang di usia muda dapat mewujudkan impian-impian mereka, dan bahkan bangkit dari keterpurukan hidup. Satu hal yang bikin aku salut, mereka juga mendedikasikan hidup untuk menolong sesama. Mereka adalah pribadi-pribadi yang sangat berbahagia dan menjalani hidup dengan kegairahan. Dari mereka, aku betul-betul belajar banyak hal.

Salah satu hal yang ngebantu mengubah cara pandangku tentang hidup adalah mengenal kawan-kawan ODHA (orang yang hidup dengan HIV) yang dulunya mantan pencandu narkoba. Pernah, suatu kali aku menghadiri sesi testimoni mereka . I was so speechless to hear their inspiring stories. Maya, salah satu dari mereka-seorang perempuan hebat, menutup sesi testimoni dengan berkata :

“Apa tujuan hidup kita?? Tujuan hidup semua orang adalah mati. Tapi kematian seperti apa yang kita mau??? Hampir seperempat abad hidup kami dihabiskan dengan berbuat dosa dan menyakiti orang-orang yang menyayangi kami. Kini saatnya, kami ingin berubah. Menjadi orang yang berguna, berbuat yang terbaik untuk diri sendiri dan orang lain. Kelak saat kami mati nanti, kami ingin dikenang sebagai orang yang baik. “

Daaassshh!!!Kata-kata Maya itu, seperti menohok keras diriku. Di sisi lain, apa yang dikatakan Maya itu serasa es teler 77 yang menyiram dahagaku yang kering kerontang karena kelamaan terdampar di gurun (!). Menjadi orang berguna, yang berbuat terbaik untuk diri sendiri dan orang lain. Dan kalimat itu pula yang mungkin dipanjatkan sebagai doa oleh kedua orang tua saat kita lahir ke dunia ini. Sebuah kalimat yang sangat sederhana, tapi ternyata tidak semudah itu untuk dijalani. Selama ini, sudah banyak sekali waktu yang aku sia-siakan, sudah bergunung-gunung dosa yang aku tumpuk, dan belum lagi tak terhitung banyaknya laki-laki yang ku tolak cintanya...eh, maksudnya orang-orang yang mungkin telah aku sakiti.

Menjadi orang berguna, yang berbuat terbaik untuk diri sendiri dan orang lain. Apakah yang bisa bikin diriku merasa berguna?? Apakah menjadi orang berguna, artinya sekedar menjadikan diriku bermanfaat buat perusahaan dan orang-orang yang membayar gajiku tiap bulan???Rasanya nggak hanya itu.It has to be much more than that!Lalu, gimana bila suatu saat...orang-orang itu udah gak bisa membayarku lagi bahkan gak membutuhkanku lagi ?? Apakah aku masih bisa merasa berguna???

Menjadi orang berguna, yang berbuat terbaik untuk diri sendiri dan orang lain. Kalimat itu juga seperti sebuah tamparan buatku yang menghabiskan seperempat abad dari hidup ini untuk selalu mementingkan diri sendiri, hanya untuk meraih ego pribadi. Aku rasa hal inilah yang bikin hidupku kadang terasa hampa. Aku emang harus berubah, karena aku ingin hidup ini menjadi lebih berarti. Aku gak mau, lima tahun dari sekarang...masa aku cuma akan mengingat hari ini sebagai masa-masa yg hanya kuhabiskan untuk berburu berlian dan berburu para pejantan tambun...:)

Little by little, I started to change. Then…when I started to think about others, not only for my self, amazingly… I found my life running smoothly. Dan…1/3 dari tahun lalu aku merasakan keajaiban yang datang satu persatu, dan membuat hidup menjadi lebih berarti.Kejaiban-keajaiban yang aku dapet emang gak selalu berwujud material, but they’re absolutely cannot be compared with money !! Rasanya benar sekali apa yang dikatakan Hellen Keller, seorang tokoh pendidik :"Jangan tanyakan kapan, tapi keajaiban akan datang menghampiri, apabila kita berbuat yang terbaik untuk diri sendiri dan orang lain."

2006 indeed was an amazing year for me. Di tahun itu, aku emang belum menemukan pasangan hidup, seperti yang dikatakan ramalan-ramalan gokil itu (!). Tapi di tahun 2006, aku merasa menemukan tujuan dan arti hidup yang sesungguhnya.

Now… here I am, in the beginning of 2007.What are my resolutions for this year?? Gak banyak yang aku pingin koq. Aku gak bercita-cita mengubah dunia, menciptakan perdamaian dunia , apalagi menegakkan demokrasi di bumi ini (please deh....cukup sudah seorang George Bush saja yang punya cita-cita ketinggian kayak gitu.......mbok ya hal itu kejauhan banget buat seorang dara jelita nan mungil yang suka ngupil sambil ngemil ini). Jadi, aku cuma ingin belajar menjadi pribadi yang lebih baik, dan syukur2 bisa berguna buat orang lain. Seperti yang pernah dikatakan oleh seorang sahabat, menjadi orang yang berguna untuk orang lain, bisa menjadikan kita pribadi yang bahagia, dan bergairah menjalani hidup. Well…kita emang gak bisa mengubah dunia ini koq, kecuali kita memulainya dari hal kecil, yaitu diri sendiri.

Terakhir…. di tahun 2007… Aku pingin mendapatkan Mister (teteup!!) , terutama yang kayak Tora Sudiro getu deeh. Yuuukzzzz !!!!! Ngimpe kali yee boooo

Menjadi RELAWAN : A Spiritual Journey


* Tulisan ini pernah dimuat di Koran Seputar Indonesia (20 Apr 07), dlm Rubrik Jelajahi Pikiranmu.

Menjadi RELAWAN : A Spiritual Journey

Volunteerism is about let your self happily serving others. Volunteerism is about let your self happily exploring yourself. And above all that, volunteerism is about let your self searching the truth of happiness in you.


Belakangan kayaknya kita “dibombardir” rentetan berita buruk dari berbagai media massa. Ditambah lagi ….. orang “berlomba-lomba” mengkritik dan saling menyalahkan. ABCDEF. Aduh Booo…..Cape Deyyyy…Eikee Fusyiing!!! Koq…..seakan-akan bangsa ini gak berenti2 dirundung kemalangan :( TANYA KENAPA???

Berita buruk dan segala macam kritik adalah “makanan” aku sehari-hari. Di lingkungan dunia pemberitaan yang bergelut dengan rating, tempatku mengais-ngais intan dan berlian, aku udah "kenyang" dikondisikan untuk mencari segala kekurangan dan kelemahan dari sebuah peristiwa atau juga orang lain. Well…bad news is always a good news, what can I say!


I love my job, I love what I’m doing.Tapi, sebenernya lingkungan seperti ini sangat memungkinkan aku untuk menjadi pribadi yang juga "negatif", kalo saja aku gak bisa “menyiasatinya”. Untungnya, aku masih “diselamatkan” oleh orang-orang luar biasa, yang selalu “menyadarkan” , bahwa bertindak dan berbuat sesuatu adalah jauh lebih berarti daripada sekedar mengkritik.

Dan…… , aku percaya koq masih banyak janda-janda di negri ini…..eh salah, maksudnya masih banyak kabar baik di negri ini yang bisa menjadi berita gembira. Walaupun ujan batu di negri orang…ujan emas di negri sendiri(!), aku (tetap) bangga jadi orang Indonesia loooh :p

Hal inilah yang bikin aku, di akhir Desember lalu, untuk “lari” dari rutinitas dan ikut kegiatan Coast 2 Coast Project, sebuah kegiatan relawan pemuda internasional di Banda Aceh selama satu minggu.Sudah sekian lama, aku selalu mendengar berbagai hal yang negatif tentang tempat ini. Bahkan setelah dua tahun berlalu sejak tsunami pun, kabar-kabar buruk mengenai Aceh selalu mendominasi, baik yang dimuat di berbagai media ataupun melalui kabar-kabur yang tersiar oleh burung.

Selama menjadi relawan di Aceh, setidaknya aku bisa mendapatkan “kabar-kabar gembira” disana. Aku melihat udah banyak upaya yang dilakukan berbagai pihak (asing) untuk ikut membangun Aceh pasca Tsunami. Dari ekspedisi di Aceh selama satu minggu, ada satu kesan mendalam yang aku rasakan. Aceh yang puluhan tahun “tertutup” dari dunia luar , kini bagaikan gerbang terbuka yang “dibanjiri” bantuan dari berbagai penjuru bumi.

By the way, busway, subway, bajay ….menjadi relawan selama satu minggu di Aceh “membuka” mataku terhadap sisi lain Aceh yang selama ini gak pernah aku tahu. Kabar-kabar inilah yang berusaha aku sebarkan untuk orang-orang, sekembalinya aku di kota metropolitan yang sumpek ini. Namun, beberapa kawan mencoba mengingatkan, bahwa apa yang aku lihat di Aceh itu baru “permukaan ”, karena masih sangat banyak masalah disana. Ya memang, ada banyak “kabar gembira” yang aku dapatkan ketika disana, yang selama ini gak terekspos media. Tapi sebenernya “kabar sedih” dan “cerita-cerita kelam” tentang Aceh yang aku dapatkan langsung selama disana juga gak kalah banyaknya. But then… It is no longer my part to spread such stories. Many people have already played that role in that part.


Hal-hal “baik” yang berhasil aku temukan di Aceh, mungkin memang hanya “permukaan” saja. Apa yang aku dan teman-teman relawan lakukan mungkin hanya sekecil upil, dan gak akan merubah banyak hal disana. Tapi....perjalanan di Aceh memberi dampak yang luar biasa untuk diriku pribadi. Menyaksikan mereka - Para relawan, yang dengan senang hati datang jauh-jauh dari negaranya, dengan biaya sendiri (dan bahkan mengorbankan masa liburan panjang natal dan tahun baru), untuk membantu masyarakat Aceh, membuat aku merasa malu terhadap diri sendiri, yang kurang mempunyai rasa kepedulian dengan bangsa sendiri. Belum lagi, melihat masyarakat Aceh, terutama anak-anak, yang tegar menjalani hidup setelah dirundung bencana bertubi-tubi, membuat aku harus berkaca dengan diri sendiri. Terus terang, dari mereka semua aku mendapat sangat banyak pelajaran tentang hidup. Sementara selama ini, banyak hal-hal "penting gak penting" yang selalu aku keluhkan. Macetnya jakarta yang bikin aku ngerasa jadi tua di jalan....Susahnya bikin badanku jadi semok (sexy dan montok??), Berkali-kali gagal ngedapetin Mr. Right (and Mr Happy ??? :p ), Kurang ini...kurang itu...Pokoknya...ada aja hal yang terasa kurang.

Perjalanan ke Aceh, kurasakan lebih sebagai sebuah perjalanan spiritual, dan ini mungkin menjadi pengalaman yang tak akan terlupakan. Telah banyak negara aku kunjungi, dengan fasilitas yang cukup mewah pula, dengan membawa suatu "predikat" tertentu. Perjalanan-perjalanan itu memang ngebantuku untuk lebih menghargai negri sendiri. Tapi ajaibnya, perjalanan ke Aceh, di negriku sendiri, dengan menjadi relawan, tanpa membawa embel-embel "predikat" apapun, malah berhasil ngebantu aku untuk lebih menghargai hidup dan kehidupan.

Above all that....Being volunteer has brought me to encounter myself into a new path of life. I should apply the term of volunteerism into every single thing in life. Menjadi relawan adalah merelakan diri secara SUKACITA untuk berbuat sesuatu, lebih dari sekedar berbicara. Menjadi relawan adalah “merelakan” diri secara SUKACITA untuk berbuat yang terbaik untuk diri sendiri dan orang lain. Dan menjadi relawan adalah "menggali" segala rasa SUKACITA yang terpendam dalam diri sendiri.
- Des 06-

Baca Juga Yang Satu Ini

Pesta Mandi Bedak , Puncak Perayaan Tahun Baruan Kampung Tugu Yang Tak Kalah Seru Dengan Festival Songkran di Thailand

Tahukah Anda, di ujung utara Jakarta, ada sebuah kawasan yang merupakan kampung Kristen tertua di Jakarta dan juga di Indonesia?  ...