Salahkah Berkarya Untuk Motivasi Uang? (Ceritaku Tentang Buku Buku Humor Yang Dibuat Untuk Menghibur)






"Kok mantan wartawan bikin buku yang isinya ga penting?"
Seringkali pendapat orang lain tentang karya yang kita hasilkan membuat kita ingin berhenti. Dan ini adalah ceritaku. Cerita tentang buku bukuku yang untuk sebagian orang mungkin gak penting. Tapi sebaliknya untukku

Di tahun tahun pertama menjalani karir sebagai Penulis, saya membuat beberapa buku Humor, yang jujur saja, memang dibuat menyesuaikan selera pasar. Kepentingan komersil isilahnya. Tapi emangnya salah kalo kita berkarya untuk motivasi uang?

Jadi begini ceritanya gimana saya bisa menulis buku buku humor.
Suatu kali saya berkenalan dengan Mas Denny Indra (saat itu Editor senior dari Penerbit Mediakita. Mas Denny inilah editor yang pertama kali mengorbitkan Raditya Dika lewat buku “Kambing Jantan” yang fenomenal di tahun 2006. Dari Mas Denny saya tau, bahwa buku buku yang laku di pasaran adalah buku buku humor atau genre komedi yang bisa bikin orang ketawa ketawa. Mas Denny juga menantang saya untuk mengirimkan naskah tulisan humor kepadanya.

Saat itu saya lagi suka mengumpulkan rayuan rayuan gombal, yang saya dengar dari orang atau saya karang karang sendiri. Saya kirimkan draft naskah kumpulan rayuan gombal itu ke Mas Denny, yang ternyata langsung disetujui untuk diterbitkan. Mas Denny juga mengabari kepada saya kalo buku kompilasi rayuan yg saya buat akan langsung dicetak sebanyak 10.000 eksemplar di cetakan pertama. Ini sangat mengejutkan, karena umumnya buku edisi pertama (apalagi untuk penulis baru) hanya dicetak sebanyak 3000 eksemplar. Kok berani amat ya? Ga beresiko tuh? “Buku humor kayak gini pasti cepat laku di toko buku.”, begitulah alasan Mas Denny.

Buku “Kumpulan Rayuan Gombal “ yg saya tulis terbit di bulan April 2007. Waktu itu setau saya, di toko toko buku belum ada buku serupa yang mengkompilasi rayuan gombal. Dan prediksi mas Denny memang benar. Dalam satu bulan sejak buku “Kumpulan Rayuan Gombal “ rilis, penjualannya sangat bagus.

Mas Denny pun meminta saya bikin buku versi serupa. Dan ga lama kemudian, saya pun kembali menghasilkan buku serupa dengan judul ‘Kumpulan Rayuan SUPER Gombal”...wkwkwkw.. mungkin banyak orang senang digombalin, makanya dua buku saya itu bagus penjualannya hingga beberapa tahun, dan royalti yang saya terima pun bikin saya senyum senyum.


Waktu awal saya mengeluarkan buku buku kompilasi rayuan gombal, ada beberapa komentar seperti :
““Kok mantan wartawan bikin buku yang isinya gak penting?"
" Kok lulusan S2 bikin buku kayak gini? “

Awalnya saya keki sekali dengar komentar komentar seperti itu. Tapii...pada dasarnya saya emang tebel muka, jadi komentar kayak gitu saya anggap angin kentut dari orang. Emang ngeselin dan bau sih awalnya...tapi diemin aja, lama lama baunya juga bakal ilang sendiri...wkwkwkwk

Walaupun isi buku saya itu seperti main main , tapi saya ga pernah main main memperlakukan karya saya. Setiap kali buku saya terbit, saya selalu mempromosikannya dengan sedemikian rupa, bahkan mengirimkan postingan promosi panjang lebar tentang buku saya di sosmed dan milis milis yg saya ikuti, seolah olah buku humor yang saya buat itu adalah karya sastra agung...(kan udah gue bilang ,muka gue emang tebel...wkwkwk)

Di tahun 2008 dan 2009, saya juga membuat beberapa buku humor yang mengkompilasi tebak tebakan dan cerita cerita lucu. Ini berawal dari kesenangan saya jalan jalan di toko buku Gramedia, dan ngobrol dengan petugasnya. Dari mereka saya jadi tau kalo buku buku genre komedi dan humor selalu laku.
Hingga akhirnya saya bisa bertemu dengan Mba Be Ne dari Puspa Swara Publisher yang lalu menerima naskah buku kompilasi tebak tebakan lucu yang saya ajukan. Sejarah pun berulang, buku Mungkin teman teman saya benar, mungkin saya orang yang Hoki. Tapi yang ga banyak orang tau adalah saya serius melatih diri saya untuk “mendatangkan keberuntungan”.

Dan setau saya, orang orang yg punya hoki gede, lebih sering menggunakan kesempatan yang hadir di depan mata, daripada menyia nyikannya. Itu saja


Btw saya pernah menulis ttg “Hoki” di blog saya (Hoki : Bawaan atau bisakah dipelajari ?), jangan baca tulisannya di link ini atau kamu akan menyesal :)
http://iralennon.blogspot.co.id/2013/03/hoki-bawaan-lahir-atau-bisakah.html

Flashback dari pengalaman saya, terkadang saya suka menyayangkan kalo ada calon calon penulis yang terlalu idealis, punya keinginan bikin buku tapi terobsesi menjadikan naskah tulisannya sesempurna mungkin. Saking idealisnya, malah ga jadi jadi bukunya. Atau ada juga penulis baru yang setelah bukunya terbit, malah meremehkan sendiri karyanya, seperti ;

“Ah saya cuma bikin buku chicklit. Ga terlalu penting amat ”
“Ah saya kan cuma bikin kumpulan puisi.”
“Ah buku saya cuma diterbitkan oleh penerbit indie.”...dsb dsb...Buku kompilasi tebak tebakan yang saya buat pun penjualannya bagus, hingga akhirnya Mba Bene meminta saya membuat versi serupa. Hingga tiga buku humor saya hasilkan di penerbit Puspa Swara.

Mungkin orang senang dengan buku buku yg isinya ringan,ga perlu banyak mikir, dan bisa bikin ketawa saat membacanya. Karena itu, gak hanya diedarkan di Toko Buku, beberapa buku humor yang saya buat juga diedarkan di mini mart seperti Indomart dan Alfamart. Tidak itu saja, seorang teman yang waktu itu bekerja di provider layanan SMS berlangganan, meminta naskah dari buku buku humor itu untuk dijadikan content / materi SMS berlangganan...(kamu masih ingat kan beberapa waktu lalu sempet ada tren SMS SMS langganan gitu...nah saya termasuk yg dpt laba dari layanan itu...hehehe)

Beberapa teman pernah berujar kepada saya, “Loe itu emang hoki banget ya ra...rayuan gombal sama tebak tebakan lucu aja bisa dijadiin duit”
Lah kalo si penulis sendiri menganggap karyanya spt ini, gimana orang lain mau menganggap penting karyanya?

Jangan sepelekan dampak yg bisa ditimbulkan dari sebuah tulisan. Tulisan itu punya kaki kakinya sendiri, yang bisa berjalan jauh, jika kita percaya.

Jangan pernah meremehkan karya yang sudah (atau akan) kita hasilkan. Jika dirimu penulis, jangan sepelekan tulisanmu.
Tulisanmu bisa saja menyentuh hati orang lain. Tulisanmu bisa saja memotivasi seseorang untuk berbuat sesuatu. Tulisanmu mungkin bisa jd pelipur lara untuk orang yang sedang patah arah menghadapi hidup. Tulisanmu bisa berjalan sangat jauh.

Saya membuat buku buku humor karena saya selalu senang melihat orang lain gembira. Saya membuat buku buku humor untuk menyebarkan rasa gembira. Dan yang saya tau, menghibur orang lain itu berpahala . Titik tanpa koma .

Sekian dan Terima Royalti.

No comments:

Baca Juga Yang Satu Ini

Pesta Mandi Bedak , Puncak Perayaan Tahun Baruan Kampung Tugu Yang Tak Kalah Seru Dengan Festival Songkran di Thailand

Tahukah Anda, di ujung utara Jakarta, ada sebuah kawasan yang merupakan kampung Kristen tertua di Jakarta dan juga di Indonesia?  ...