MENERTAWAKAN DIRI SENDIRI = A Good Theraphy For Our Health
(A Lesson from A friend, Kambing Jantan, and TUKUL ARWANA)
Tragedy + Time = Comedy
(Carrol Burnett, Komedian)
(A Lesson from A friend, Kambing Jantan, and TUKUL ARWANA)
Tragedy + Time = Comedy
(Carrol Burnett, Komedian)
Sebuah Mitos “Jepitan Jemuran”
Apa hal paling bodoh yang pernah kita lakukan????
Semasa SMP, aku sering menjepit hidungku dengan jepitan jemuran (?!), dengan asumsi bodoh bahwa hidungku yang mungil ( plus MUka NGILer….) bisa jadi mancung. Entah sejak kapan dan dari mana munculnya mitos bahwa menjepit hidung dengan jepitan jemuran bisa bikin hidung jadi mancung. Yang jelas saat zaman ABG (Anak Baru Gembrot), aku termasuk orang yang percaya mitos itu.
That silly thing always remain a secret of mine, sampai suatu hari aku bertemu dengan teman dekatku masa sekolah, setelah sekian lama tak bertemu . Kemudian kita bercerita tentang hal-hal bodoh yang dulu kita pernah lakukan. Dan aku menceritakan tentang “jepitan jemuran” itu kepadanya. Aku tahu ia pasti akan mengejekku habis-habisan. Secara mengejutkan, ternyata dia malah balas berkata :
“ Eh , sama dong. Kirain gue aja yang ngejepit idung supaya mancung. Gue malah ngelakuin hal itu sampe zaman kuliah. “
Wakakakak. Ternyata ada juga orang lain yang percaya mitos “jepitan jemuran” itu dan benar-benar menjepit hidungnya, bahkan sampai usia 20an tahun :) Padahal idung temenku itu udah mancung. Tapi saat itu, kita berdua puas ngakak, menertawakan ketololan kita sendiri. Anyway.... menertawakan ketololan diri sendiri nyadarin kita kalau we are just human being, dan bukannya Wonder Woman..
Apa hal paling bodoh yang pernah kita lakukan????
Semasa SMP, aku sering menjepit hidungku dengan jepitan jemuran (?!), dengan asumsi bodoh bahwa hidungku yang mungil ( plus MUka NGILer….) bisa jadi mancung. Entah sejak kapan dan dari mana munculnya mitos bahwa menjepit hidung dengan jepitan jemuran bisa bikin hidung jadi mancung. Yang jelas saat zaman ABG (Anak Baru Gembrot), aku termasuk orang yang percaya mitos itu.
That silly thing always remain a secret of mine, sampai suatu hari aku bertemu dengan teman dekatku masa sekolah, setelah sekian lama tak bertemu . Kemudian kita bercerita tentang hal-hal bodoh yang dulu kita pernah lakukan. Dan aku menceritakan tentang “jepitan jemuran” itu kepadanya. Aku tahu ia pasti akan mengejekku habis-habisan. Secara mengejutkan, ternyata dia malah balas berkata :
“ Eh , sama dong. Kirain gue aja yang ngejepit idung supaya mancung. Gue malah ngelakuin hal itu sampe zaman kuliah. “
Wakakakak. Ternyata ada juga orang lain yang percaya mitos “jepitan jemuran” itu dan benar-benar menjepit hidungnya, bahkan sampai usia 20an tahun :) Padahal idung temenku itu udah mancung. Tapi saat itu, kita berdua puas ngakak, menertawakan ketololan kita sendiri. Anyway.... menertawakan ketololan diri sendiri nyadarin kita kalau we are just human being, dan bukannya Wonder Woman..
Menertawakan diri sendiri = Sebuah Pilosopi
Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang. Yup. “Jargon” ini sempet ngetop saat KDI lagi naik daun. KDI yang dimaksud disini bukan kontes bintang ndangdut fenomenal yang sekarang audisinya ampe ke negri-negri Jiran itu. K.D.I yang aku maksud itu adalah Kasino Dono Indro!! (eh, suka-suka Tante dong ngasi singkatan…… ….:p)
Paling enak emang kalau kita bisa tertawa dan gembira di setiap saat. Tapi seringkali kita tertawa karena “objek penderita” yang kita ketawain adalah orang lain. Kita bisa senyum simpul, senang, sumringah, dan menggelinjang (hushhh jangan ngeres!!!) , karena kita ngetawain orang lain.
Tapi, menurut Mbah Mari Marijan Kartosuwiryo dari Gunung Kidul, menertawakan orang lain adalah pelajaran paling dasar dalam “ilmu wangsit dan kanuragan” . Sedangkan tingkat tertinggi dalam STPDN (Sekolah Tinggi Pelawak Dagelan dan Ngebanyol) adalah pelajaran menertawakan diri sendiri. Menurut si Mbah, menertawakan diri sendiri adalah hal mudah, tapi paling sulit dilakukan. Padahal menertawakan diri sendiri adalah sebuah terapi yang baik untuk kesehatan. Lho koq???
Gak perlu jadi Sigmund Freud untuk memaknai “wangsit” si Mbah. Ini psikologi yang sederhana. Kata si Mbah, orang yang mau belajar untuk menertawakan diri sendiri, berarti orang tersebut mau belajar untuk Jujur (kacang ijo) dengan diri sendiri, sehingga stress pun bisa jauh dari hidup.
And, I’ve learned a lot about life from those people who can laugh out loud at themselves. Here are some people who have teached me :
1.Si Jelita – A friend of mine
Namanya CORIZON. Tapi aku menjulukinya si JELITA. Bukan karena JErawatnya ada LIma JuTA, tapi karena parasnya begitu menawan hingga memenjarakan setiap pandangan mata (busseeet…ini bahasanya sounds like Pance F. Pondaag bangedh???). Penampilan Jelita pun selalu Modis, mengikuti tren gaya pakaian terkini (berbeda sekali dengan diriku yang juga MODIS = Modal Diskon!). Kalau dilihat sekilas, penampilan si Jelita hampir sama seperti artis-artis Korea yang sering muncul di tipi.
Suatu kali, aku pernah bertanya kepadanya, kenapa dia bisa tampil gaya, dengan dandanan full make up, di setiap waktu, selalu untuk selamanya, seperti lagunya Fathur Java Jive :) Begini jawaban si Jelita:
“Kalau aku tampil full make up dan gaya seperti ini, berarti aku sedang ngerasa bodoh. Kalau ada orang yang tahu kalau aku ini gak punya otak, orang bisa maklum. Kan orang sering nganggep, cewek yang bloon itu masih bisa bisa dimaafkan, asalkan cantik. Jadi bisa imbang gitu”
Hahaha. What a brilliant answer of her!!! Tentu saja Corazon yang aku tahu selama ini bukan cewek bloon. Corazon yang masih kuliah di kampus ternama di Jakarta ini sangat cerdas. Saat teman-teman kuliahnya sibuk nge-dugem, Corazon sibuk berorganisasi dan mengikuti berbagai seminar atau workshop untuk menambah wawasan dan network . Cita-citanya pun mungkin “terdengar berat” bagi cewek seusianya, yaitu ingin mencerdaskan generasi muda (phew...!!)
Tapi aku sangat salut dengan Corazon yang mau jujur dengan dirinya sendiri. Jawaban Corazon di atas tadi, bukan sekadar jawaban yang asal njeplak, tapi punya makna yang mendalam. Selain menertawakan dirinya sendiri, ia juga sedang menertawakan lingkungan sekitarnya, yang sering menilai seseorang dari luarnya saja, apalagi menghubung-hubungkan penampilan fisik dengan isi kepala.
2. Raditya Dika – Si Kambing Jantan
Raditya Dika adalah penulis buku best seller Kambing Jantan, yang udah dicetak ulang ampe delapan kali. Buku ini di angkat dari “catatan-catatan harian pelajar bodoh” si Dika di blog pribadinya tentang kehidupannya yang super ancur dan penuh kegokilan . Blog tersebut pernah terpilih sebagai Best Indonesian Blog Award 2003 dan menjadi blog Indonesia pertama yang dibuat jadi buku.
Siapa sangka, buku Kambing Jantan yang berisi catatan harian yang dodol bin gokil ini, banyak menginspirasi orang, bahkan pernah jadi penyelamat hidup buat seorang remaja yang nyaris bunuh diri! Dan dalam waktu dekat, Kambing Jantan akan diangkat jadi film layar lebar, dengan Raditya Dika sendiri sebagai si pemeran utama.
Aku pernah menyaksikan sendiri kegokilan Si Kambing Jantan dalam sebuah sesi talkshow disini. Selama talkshow, si Kambing ini lancar berbagi rumput…..eh berbagi cerita (atau berbagi aib?) tentang segala kebodohan plus kesialan dalam hidupnya, persis seperti yang ada dalam bukunya. Ngalor-ngidul sendirian layaknya Stand Up Comedian handal, penampilan Si Kambing ini sukses bikin aku sakit perut…ampe KATARAK, alias KAgak TAhan beRAK:)
Gokilnya….si Kambing bagi-bagi doorprize buat penonton berupa hadiah ember!! Yup, kalo penulis lain bagi-bagi buku, tapi dia bagi-bagi EMBER (??!!!). And amazingly … dia menutup talkshow dengan atraksi KAYANG!! (ingat… dia adalah penulis, bukan pemain sirkus, pemain smack down, apalagi penyanyi dangdut!!).
Kalau saat ini Kambing Jantan menjadi fenomenal, mungkin karena selama ini belum pernah ada orang yang begitu blak-blakan, membongkar segala kebodohan dan ketololan diri sendiri, seperti yang dilakukan Raditya Dika. Kalo dipikir-pikir, gimana yah rasanya kalo aib kita sepanjang hidup ditertawakan orang sejuta umat?? Sori dori cori mori….kaleee!! Tapi aku yakin Raditya Dika, si Kambing yang brilliant itu bakal jadi The Next Big Thing dalam dunia showbiz.
3.TUKUL ARWANA
A true comedian is he who can laugh at him self. Rasanya sangat jarang ada pelawak Indonesia yang menjadikan dirinya sendiri sebagai “objek penderita” untuk bahan lawakan. Kebanyakan pelawak kita saat ini menjadikan orang lain sebagai bulan-bulanan untuk mengundang tawa. Almarhum Gepeng dari Srimulat adalah salah satu pelawak legendaris yang sering mengolok-olok dirinya sendiri saat beraksi di panggung. Sampai sekarang, Gepeng dikenang sebagai pelawak hebat. Dan bisa dibilang, penerus Gepeng saat ini adalah Tukul Arwana.
Apa hebatnya menjadikan diri sendiri sebagai bahan olok-olokan?? Begini alasan Tukul, si Ndeso nan Katro, yang sering melawak dengan cara membodoh-bodohi diri sendiri :
“Melawak adalah urusan mental. Menertawakan diri sendiri – apalagi di depan orang banyak, nggak semua orang mau dan mampu melakukannya. Kebanyakan orang lebih senang menjadikan orang lain sebagai bahan olokan. Daripada mengolok-ngolok orang, saya lebih senang menjadikan diri sendiri sebagai bahan olokan. Selain itu, menertawakan diri sendiri adalah “kunci” , agar tak pernah kehabisan bahan lawakan.”
Berbeda dengan “budaya” dunia lawak di Indonesia, dimana para pelawaknya tampil keroyokan atau berada dalam satu grup, di negri-negri maju, pelawak yang hebat adalah mereka yang bisa tampil solo sebagai stand-up comedian. Contoh Stand Up Comedian Amrik yang sukses adalah Chris Rock, seorang Negro yang dulunya bartender di sebuah klub komedi. Kehidupan Chris dari kecil memang susah dan selalu jadi bulan-bulanan orang, jadi dia cuek aja mengolok-olok dirinya setiap ngelawak. Begitu pula Martin Lawrence, aktor top Hollywood, dulunya juga Stand Up Comedian yang sering menjadikan dirinya sendiri sebagai bahan olokan. Para Stand-up Comedian bisa sukses bukan hanya berani malu dan diolok-olok orang, tapi lebih karena mereka memandang hidup dari sisi jenaka.
Menurut Ramon Temmibens, seorang “Pengamat humor”, dan pemilik Comedy CafĂ© di Jakarta, sangat sulit untuk menjadi seorang Stand-Up Comedian, karena dibutuhkan tingkat intelegensia yang tinggi, wawasan luas, proses belajar yang terus menerus, serta tentu saja kemampuan menjadikan dirinya sendiri jadi olok-olokan. Menurut Ramon, sangat jarang ada pelawak negri ini yang bisa memehui kriteria untuk itu. Saat ini, Tukul Arwana termasuk pelawak yang punya kriteria sebagai Stand- Up Comedian.
So, kalau saat ini Tukul berada di puncak ketenaran, adalah hal wajar mengingat si cover boy majalah sobek ini adalah pelawak luar biasa, a real comedian, who can laugh out loud at him self. Tukul pun bisa menjadikan segala kekurangan yang dimiliki, menjadi kelebihannya. Menurutku, dalam dunia lawak Indonesia, He’s one in a million, might be once in a lifetime.
Menertawakan diri sendiri = Bukan budaya lokal ???
Belum lama, ada pro dan kontra sehubungan rencana beberapa pihak mensomasi Effendi Gazali sebagai penggagas tayangan News Dot Com, bahkan menuntut stasiun TV yang menayangkan untuk menyetop acara itu. Tayangan parodi politik ini dinilai terlalu banyak menertawakan para pemimpin negri ini. Menanggapi hal ini, Gus Dur mengatakan bahwa para pemimpin negri ini belum bisa belajar menertawakan diri sendiri. Menurut Gus Dur, pemimpin yang hebat adalah mereka yang bisa menertawakan diri sendiri. Jadi ngapain mesti capek-capek mensomasi tayangan TV, kalau hal yang dikritik (atau ditertawakan??) adalah benar. Gitu Aja Koq Repot, begitu istilah Gus Dur (yang ini bukan kakaknya Gus Hiddink, pelatih sepak bola itu loh).
Aku gak berkompeten untuk menilai mana yang benar dan salah tentang polemik di atas. Tapi sepertinya menertawakan diri sendiri memang belum membudaya disini. Di negri-negri maju, Menertawakan diri sendiri adalah budaya Otokritik. Seorang George Bush pasti tak akan lupa kalau dia pernah ngomong : I love Europe. My favourite country is Amsterdam.
Contoh lain, sebagai kebalikan dari Academy Award, di Amrik sana juga ada Razzie Award, ajang “penghargaan” yang telah berlangsung selama puluhan tahun untuk memilih segala yang terburuk dari dunia film. Banyak dari mereka yang terpilih sebagai sutradara terburuk, aktris terburuk, aktor terburuk, dan lain-lain adalah nama besar di dunia film dan bahkan pernah mendapat Piala Oscar . Tentu saja para “pemenang” Razzie Award, tak menganggap “penghargaan” itu sekedar olok-olokan untuk mereka tertawakan sendiri, tapi juga sebagai kritik yang membangun. Coba bayangkan apabila digelar acara serupa disini, kayakanya malah banyak mengundang somasi ini itu deh....
Anyway....bagiku sendiri, Tukul Arwana, Si Kambing Jantan, dan Si Jelita, adalah contoh orang-orang yang berusaha jujur dengan diri sendiri dan melihat kehidupan dari sisi jenaka. Orang-orang seperti inilah yang bikin dunia ini menjadi lebih indah, karena mereka bisa membuat perubahan besar untuk dirinya sendiri dan orang lain. Definitely, I’ve really learned a lot to live a life from those people. Seperti kata Carol Burnett, seiring bertambahnya waktu, setiap tragedy dalam hidup adalah sebuah komedi.
So….Cobalah Lebih Serius untuk Tidak Serius!! Ayo….kita kembali ke…..POHON!!!!