“Nenek moyangku orang pelaut .. gemar mengarungi luas samudra … menerjang
ombak tiada takut … menempuh badai sudah biasa”
Sebagai warga Jakarta yang bekerja sebagai Tour Guide dengan spesialisasi
untuk Food Tour, saya sering membuat rute rute wisata kreatif untuk
mengeksplorasi berbagai tempat di Jakarta. Namun saya mengamati Wisata Pesisir
di Jakarta, belum banyak di ekplorasi padahal perkembangan kota Jakarta
mempunyai sejarah yang cukup erat dengan laut.
Karena itulah, beberapa waktu lalu saya bersama Jakarta Food Adventure menggagas
sebuah Food Tour ke kawasan Cilincing, Jakarta Utara, untuk menjelajahi kehidupan di Kampung Nelayan
sekaligus mengeksplorasi kelezatan kreasi makanan olahan. Saya ingin mengajak
peserta tur untuk melihat lebih dekat gimana kehidupan orang-orang di pesisir
Jakarta yang hidup dari laut, karena Jakarta bukan cuma tentang gemerlap kota
saja.
Tur ini sendiri diikuti oleh 25 orang peserta tur, juga beberapa rekan
rekan media dari Televisi dan surat kabar nasional. Sebagian besar peserta Tur
adalah warga Jakarta, yang walaupun sudah berpuluh tahun tinggal di Jakarta,
tapi belum pernah sekalipun menginjakkan kaki ke Kampung Nelayan Cilincing.
Daftar tempat tempat yang dikunjungi dalam tur ini adalah Tempat Penjemuran
Ikan Asin, Tempat Pembersihan Kerang Hijau, Kelas Belajar Oky, Pasar Ikan,
Krematorium Cilincing, Kampung Nelayan , dan beberapa tempat ibadah bersejarah
di pesisir laut Cilincing (Mesjid Al Alam, Vihara Lalitavistara, Pura Segara),
serta di akhiri dengan menikmati aneka makanan laut di sebuah Restoran Seafood.
Saya membuka Tur dengan menyanyikan sepenggal lirik lagu “Nenek Moyangku orang Pelaut”, sambil menceritakan kepada peserta Tur bagaimana nenek moyang orang Indonesia pernah berjaya di laut sejak belasan abad lalu. Food Tour ke Kampung Nelayan Cilincing ini saya adakan juga sebagai upaya mempromosikan wisata pesisir yang lekat dengan kehidupan laut.
Penjelajahan awal Tur kami dimulai
di SMK 36 yang merupakan satu satunya SMK
dengan spesialisasi Ilmu tentang Kelautan di Jakarta. Di tempat ini kami berkesempatan bertemu
dengan beberapa siswa/i dari Jurusan Budidaya Hasil Laut, yang menunjukkan
produk produk olahan hasil ikan buatan mereka, seperti Otak Otak Ikan, Baso
Ikan, Minuman Rumput Laut dll, yang ramai diborong oleh para peserta Tur.
(peserta Tur memborong produk olahan laut buatan siswa siswi SMK 36)
Tempat kedua yang kami kunjungi adalah Pusat Pengeringan Ikan Asin, yang merupakan pusat pengeringan Ikan asin terbesar kedua di Jakarta selain di Muara Angke. Ikan Asin merupakan salah satu sumber kalsium di samping susu dan sayuran, dan banyak digemari oleh keluarga Indonesia untuk dijadikan berbagai olahan masakan. Proses Pengolahan Ikan Asin di Cilincing masih dilakukan dengan cara tradisional, yaitu dijemur berhari hari dengan mengandalkan sinar matahari. Teknik pengasinan tradisional ini dipercaya menghasilkan kualitas ikan asin yang lebih baik daripada yang menggunakan teknologi modern (oven). Saat mengunjungi Tempat Pengolahan Ikan Asin ini, para peserta Tur ramai ramai memborong beli Ikan Asin hingga berkilo kilo.
Lalu kami beranjak ke tempat kunjungan kedua, yaitu Tempat Pengupasan
Kerang Hijau. Kerang hijau
(Perna Viridisi) merupakan hasil laut yang menjadi andalan sebagian besar
nelayan di Cilincing. Kerang hijau diperoleh para nelayan dengan cara
penangkapan alami atau hasil budi daya. Teluk
di sekitar Cilincing banyak dijadikan lokasi pembudidayaan kerang hijau yang
dilakukan dengan teknologi sederhana. Kerang Hijau atau dikenal juga sebagai
Kijing memiliki nilai ekonomis dan kandungan gizi yang sangat baik untuk dikonsumsi.
Kandungan gizi pada kerang hijau sebanding dengan daging sapi, telur maupun
daging ayam. Kerang Hijau yang banyak dijajakan oleh pedagang keliling di
wilayah Jakarta, banyak yang berasal dari Cilincing. Di tempat ini, saya
mengajak para peserta Tur untuk mencicipi olahan Kijing yang telah diberikan
bumbu kunyit yang lezat.
(tempat pengupasan kerang hijau)
(kerang hijau bumbu kunyit lezat yang dicoba para peserta Tur)
Penjelajahan
kami berikutnya adalah melihat Kampung Nelayan, dimana kami melihat aktifitas
para warga yang sedang membuat kapal kayu. Selain melaut sebagai nelayan, warga
Cilincing juga banyak yang berprofesi membuat perahu kayu berdasarkan pesanan. Walaupun
kini juga semakin banyak warga Cilincing yang memilih kerja menjadi buruh
pabrik di Kawasan Berikat Nusantara, Cilincing.
(Berbincang dengan Putut, pemuda Cilincing yang masih bertahan bekerja dari laut. Kawan sebaya Putut banyak yang memilih bekerja sebagai buruh pabrik.)
(Berbincang dengan Putut, pemuda Cilincing yang masih bertahan bekerja dari laut. Kawan sebaya Putut banyak yang memilih bekerja sebagai buruh pabrik.)
Setelah menjelajah
kampung nelayan, saya mengajak peserta Tur untuk mengunjungi beberapa rumah
ibadah bersejarah yang berada dalam radius 1km, yaitu Masjid Al-Alam Cilincing,
Vihara / Klenteng Lalitavistara dan Puri Segara, yang merupakan satu satunya
Puri di Jakarta yang terletak di pinggir laut. Ini adalah bukti adanya
kerukunan dan toleransi beragama yang sangat kuat di kalangan warga pesisir
(Wihara Lalitavistara, sudah ada sejak abad 16. Di komplek Wihara ini juga terdapat Sekolah Tinggi Agama Budha, yang memiliki jenjang Master, dan merupakan satu satunya di Indonesia)
(Pura Segara, satu satunya Pura di Jakarta yang terletak di pinggir Laut, dibangun sejak tahun 1992)
(Wasiat Sunan Gunung Jati di dalam Masjid Al Alam Cilicing, yang telah berdiri sejak abad 16)
Gak lupa di “Jelajah
Kampung Nelayan Cilincing” ini diisi dengan jelalah kuliner santapan laut dengan makan siang bersama dengan
mencicipi dan mencoba aneka hidangan laut / Seafood yang lezat di Babeh Seafood, Resto Seafood paling beken di kawasan Cilincing. Berkeliling Kampun
Nelayan Cilincing dan menyicipi beragam kuliner khas pesisir Jakarta tentu
menjadi aktivitas wisata alternatif yang menarik untuk melihat sisi lain dari
sebuah kota yang modern.
(aneka makanan laut yang dicicipi para peserta tur......bergizi tinggi dan lezaaat semuanya ! )
Setelah puas mencicipi seafood, Tur ini dilanjutkan dengan mengunjungi Rumah Si Pitung ,di kawasan Marunda. Pitung, yang dikenal sebagai jagoan Beawi ini, aslinya adalah orang Banten yang merantau ke Kemayoran untuk belajar Silat. Rumah Pitung yang kami kunjungi ini dahulunya adalah milik saudagar asal Bugis, yang kerap menjadi tempat persembunyian Pitung saat dikejar kejar Belanda. Sejak Jokowi menjadi Gubernur, Rumah Pitung ini diresmikan sebagai Museum, dan berada dalam satu manajemen dengan Museum Bahari.
Jalan jalan ke pesisir Utara Jakarta ini adalah pilihan yang menarik untuk mengesplor sisi lain dari Jakarta. Bahwa Jakarta bukan hanya gemerlap kota saja.
Mau tau lebih banyak gimana serunya Tur jelajah kawasan pesisir Jakarta termasuk mencicipi aneka kuliner olahan laut di pesisir Jakarta? saksikan video liputan saat Tur oleh BeritaSatuTV di sini.
Setelah puas mencicipi seafood, Tur ini dilanjutkan dengan mengunjungi Rumah Si Pitung ,di kawasan Marunda. Pitung, yang dikenal sebagai jagoan Beawi ini, aslinya adalah orang Banten yang merantau ke Kemayoran untuk belajar Silat. Rumah Pitung yang kami kunjungi ini dahulunya adalah milik saudagar asal Bugis, yang kerap menjadi tempat persembunyian Pitung saat dikejar kejar Belanda. Sejak Jokowi menjadi Gubernur, Rumah Pitung ini diresmikan sebagai Museum, dan berada dalam satu manajemen dengan Museum Bahari.
Jalan jalan ke pesisir Utara Jakarta ini adalah pilihan yang menarik untuk mengesplor sisi lain dari Jakarta. Bahwa Jakarta bukan hanya gemerlap kota saja.
Mau tau lebih banyak gimana serunya Tur jelajah kawasan pesisir Jakarta termasuk mencicipi aneka kuliner olahan laut di pesisir Jakarta? saksikan video liputan saat Tur oleh BeritaSatuTV di sini.
#CeritaTourGuide #CeritaJakarta
1 comment:
Seru nih, aku juga belum pernah jalan-jalan ke Cilincing, apalagi ternyata di sana ada rumah ibadah dari kepercayaan berbeda-beda. Bhineka Tinggal Ika ;)
Post a Comment