Profesi Tour Guide : Dari Obsesi Keliling Dunia Hingga Cita Cita Mempromosikan Indonesia ke mata Dunia


Ini kisahku tentang bagaimana dahulu yang begitu terobsesi  untuk Traveling keliling dunia, lalu bertransformasi menginginkan agar orang orang dari penjuru dunia lah yang datang ke Indonesia.

Dari kecil aku selalu ingin keliling dunia karena dipengaruhi oleh kebiasaan membaca banyak komik dan menonton film di bioskop bersama bapakku.  Komik Tintin, si wartawan yang sering berpetualang ke banyak negara, adalah bacaan favoritku. Dan aku selalu menikmati saat berada di dalam bioskop, menonton gambar hidup yang menampilkan pemandangan indah dari berbagai tempat seperti memasuki petualangan seru tersendiri untukku.  Lahir dan dibesarkan di Jakarta, bisa dibilang keluargaku juga jarang membawaku keluar dari Jakarta. Saat lebaran tiba, aku juga tak pernah merasakan mudik karena keluarga besarku memang berasal dari Jakarta.

Karena itu, waktu memasuki SMA, aku bergabung di ekskul Mading / Wartawan Sekolah, dimana aku bisa dapat kesempatan jalan jalan untuk bertemu banyak orang baru termasuk kalangan artis untuk di wawancara. Begitupun saat memasuki bangku kuliah, aku memilih jurusan Hubungan Internasional karena yang aku tahu jurusan tersebut lekat dengan jalan jalan dan traveling ke luar negeri. Alhamdulilah aku diterima di Jurusan HI Universitas Padjajaran di Bandung. Begitu girangnya, karena ini berarti kesempatanku untuk tinggal di luar Jakarta. Memasuki bangku kuliah itu pulalah, aku mengetahui sebagian besar teman teman sekelasku memasuki Jurusan Hubungan Internasional karena nantinya ingin menjadi Diplomat dan bekerja di Departemen Luar Negri. Namun aku sama sekali tidak merasakan keinginan yang sama, karena cita citaku masuk ke Jurusan HI memang hanya karena satu hati : Jalan Jalan ke Luar Negri.

Lucunya,  ternyata aku bisa mewujudukan impian “ke luar negri” itu tidak harus menunggu sampai  lulus kuliah. Saat di semester ke 3 di tahun 2001, aku mengikuti seleksi Program Kapal Pemuda ASEAN Jepang, dan terpilih menjadi salah satu dari 28 orang yang menjadi Delegasi Muda Indonesia, dan akan bergabung bersama ratusan pemuda pemudi terpilih dari Jepang dan negara negara Asean. Jadi di  tahun itulah, untuk pertama kalinya saya mewujudkan impian “melihat dunia”, pertama kalinya naik pesawat terbang, dan untuk pertama kalinya bepergian ke luar negri. Program Kapal Pemuda ASEAN Jepang (Ship for South East Asian Youth Program) itu menggunakan kapal pesiar mewah(Nippon Maru) yang mengunjungi Jepang dan negara negara peserta Asean selama kurun waktu dua bulan. Bayangkan, bukan saja aku bisa mengunjungi satu negara tapi langsung mengunjungi 10 negara sekaligus ! Sungguh pengalaman luar biasa bagiku di usia yang begitu belia saat itu berpetualang ke 10 negara menggunakan kapal pesiar. Selama berlayar di dalam kapal berminggu minggu, saya benar benar menikmati berinteraksi dengan ratusan teman baru dan melakukan banyak aktifitas seru, dan seakan tidak peduli dengan perkembangan dunia di luar kapal. Saat itu belum ada teknologi smartphone, apalagi  teknologi “internet super cepat” seperti saat ini. Dan dari  program itu pulalah aku memiliki begitu banyak  sahabat dari berbagai negara dan juga keluarga angkat dari berbagai negara Jepang dan Asean, yang hingga kini masih terus menjalin silahturahmi .

Saat lulus dari bangku kuliah dan memasuki dunia kerja, aku pun memilih bekerja jadi Wartawan di TV. Lagi lagi karena satu alasan : Bisa Traveling ke banyak tempat. Selama 3 tahun bekerja jadi wartawan TV, aku memang banyak mendapat kesempatan Traveling ke berbagai tempat nusantara. Pada satu titik, aku merasa jenuh bekerja sebagai Wartawan TV yang selalu dikejar deadline harian dan rating. Hinngga akhirnya aku memutuskan untuk resign untuk mencoba dunia baru, dan mencoba beragam profesi yang dijalankan secara freelance, dari menjadi Penulis hingga akhirnya juga mengenal profesi Tour Guide atau Pemandu Wisata, yang ternyata begitu aku nikmati.  Sebagai Tour Guide, saya lebih sering bekerja mandiri, dan mendapatkan client/ Turis dari internet. Bersyukur dengan era internet seperti saat ini, saya bisa dengan mudah mendapatkan client/ turis turis dari berbagai dunia.  Bahkan saat saya berada di rumah pun, dengan menggunakan internet ultra cepat dari www.myrepublic.co.id (DW TV) saya selalu bisa cepat terhubung untuk berkomunikas dengan para calon wisatawan yang merencanakan berwisata ke Jakarta dan kota kota lain di Indonesia.  

        (memandu Tur ke Mesjid Istiqlal, salah satu destinasi favorit wisataan asing saat di Jakarta)

Sebagai Pemandu Wisata, pada awalnya saya memandu beragam tur untuk para wisatawan asing yang datang dari berbagai negara.  Ada kebanggaan tersendiri saat bisa memandu dan bercerita segala hal tentang Jakarta dan juga tentang Indonesia pada para wisatawan mancanegara. Apalagi saat mengetahui bahwa budaya dan keindahan Indonesia begitu mengagumkan di mata para turis. Semakin menjalani profesi sebagai Tour Guide, kecintaan terhadap Indonesia semakin bertumbuh kuat. Hingga kini sudah 7 tahun saya menjalani profesi Tour Guide dan saya berharap akan terus menjalani profesi ini hingga tua.


Sebagai Tour Guide di Jakarta, saya juga berusaha membangun citra pariwisata Jakarta. Bahwa Jakarta itu bukan hanya melulu tentang macet, macet , dan macet. Banyak hal seru dan menarik yang bisa di eksplor dari berbagai sudut Jakarta. Karena itu beberapa tahun belakangan ini, saya juga banyak menggagas berbagai Tur dengan konsep kreatif di Jakarta, dari mulai Heritage Walking Tour atau Food Tour, yang ternyata juga banyak diminati oleh sesama warga Jakarta sendiri, untuk lebih mengenal kota mereka. Bagi mereka, pengalaman ikut di berbagai Tur yang saya adakan, membuka mata bahwa ternyata berwisata mengeksplor berbagai tempat di Jakarta pun bisa menjadi aktifitas yang seru dan mengasyikkan . Bagi saya, ini suatu hal yang menggembirakan, karena memang ternyata banyak warga Jakarta yang tidak tahu banyak seluk beluk tentang kota mereka sendiri.  
Kecintaan dan komitmen saya terhadap profesi Tour Guide yang dijalani, akhirnya membawa saya terpilih menjadi satu satunya Tour Guide yang akan mewakili Indonesia di ajang Japan- Asean Tour Guide Exchange Program yang akan berlangsung di Jepang , akhir bulan November ini. Ini pun adalah suatu penghargaan yang luar biasa istimewa bagi saya, mengingat sebenarya saya masih tergolong Tour Guide pemula, dibanding rekan rekan seprofesi yang lebih senior dan sudah puluhan tahun di menjadi Tour Guide.  


Namun dari semua itu, saya menyadari kini bahwa Traveling  itu bukan sekedar berjalan jalan sejauh mungkin melangkah. Traveling itu sendiri adalah proses perjalanan lebih ke dalam jiwa, untuk menemukan panggilan jiwa dan panggilan hidup sebenarnya. Dan saya menyadari panggilan jiwa saat ini adalah membantu mempromosikan Jakarta dan Indonesia ke mata dunia. . 

Serunya Jelajah Kampung Nelayan Cilincing, Melihat Sisi Lain Jakarta yang tak hanya gemerlap


“Nenek moyangku orang pelaut .. gemar mengarungi luas samudra … menerjang ombak tiada takut … menempuh badai sudah biasa”

Sebagai warga Jakarta yang bekerja sebagai Tour Guide dengan spesialisasi untuk Food Tour, saya sering membuat rute rute wisata kreatif untuk mengeksplorasi berbagai tempat di Jakarta. Namun saya mengamati Wisata Pesisir di Jakarta, belum banyak di ekplorasi padahal perkembangan kota Jakarta mempunyai sejarah yang cukup erat dengan laut.

Karena itulah, beberapa waktu lalu saya bersama Jakarta Food Adventure menggagas sebuah Food Tour ke kawasan Cilincing, Jakarta Utara, untuk  menjelajahi kehidupan di Kampung Nelayan sekaligus mengeksplorasi kelezatan kreasi makanan olahan. Saya ingin mengajak peserta tur untuk melihat lebih dekat gimana kehidupan orang-orang di pesisir Jakarta yang hidup dari laut, karena Jakarta bukan cuma tentang gemerlap kota saja.



Tur ini sendiri diikuti oleh 25 orang peserta tur, juga beberapa rekan rekan media dari Televisi dan surat kabar nasional. Sebagian besar peserta Tur adalah warga Jakarta, yang walaupun sudah berpuluh tahun tinggal di Jakarta, tapi belum pernah sekalipun menginjakkan kaki ke Kampung Nelayan Cilincing.

Daftar tempat tempat yang dikunjungi dalam tur ini adalah Tempat Penjemuran Ikan Asin, Tempat Pembersihan Kerang Hijau, Kelas Belajar Oky, Pasar Ikan, Krematorium Cilincing, Kampung Nelayan , dan beberapa tempat ibadah bersejarah di pesisir laut Cilincing (Mesjid Al Alam, Vihara Lalitavistara, Pura Segara), serta di akhiri dengan menikmati aneka makanan laut di sebuah Restoran Seafood. 



Saya membuka Tur dengan menyanyikan sepenggal lirik lagu “Nenek Moyangku orang Pelaut”, sambil menceritakan kepada peserta Tur bagaimana nenek moyang orang Indonesia pernah berjaya di laut sejak belasan abad lalu. Food Tour ke Kampung Nelayan Cilincing ini saya adakan juga sebagai upaya mempromosikan wisata pesisir yang lekat dengan kehidupan laut.   

Penjelajahan awal  Tur kami dimulai di SMK 36 yang merupakan satu satunya  SMK dengan spesialisasi Ilmu tentang Kelautan di Jakarta.  Di tempat ini kami berkesempatan bertemu dengan beberapa siswa/i dari Jurusan Budidaya Hasil Laut, yang menunjukkan produk produk olahan hasil ikan buatan mereka, seperti Otak Otak Ikan, Baso Ikan, Minuman Rumput Laut dll, yang ramai diborong oleh para peserta Tur.

                (peserta Tur memborong produk olahan laut buatan siswa siswi SMK 36)

Tempat kedua yang kami kunjungi adalah Pusat Pengeringan Ikan Asin, yang merupakan pusat  pengeringan Ikan asin terbesar kedua di Jakarta selain di Muara Angke. Ikan Asin merupakan salah satu sumber kalsium di samping susu dan sayuran, dan banyak digemari oleh keluarga Indonesia untuk dijadikan berbagai olahan masakan. Proses Pengolahan Ikan Asin di Cilincing masih dilakukan dengan cara tradisional, yaitu dijemur berhari hari dengan mengandalkan sinar matahari. Teknik pengasinan tradisional ini dipercaya menghasilkan kualitas ikan asin yang lebih baik daripada yang menggunakan teknologi modern (oven). Saat mengunjungi Tempat Pengolahan Ikan Asin ini, para peserta Tur ramai ramai memborong beli Ikan Asin hingga berkilo kilo.


Lalu kami beranjak ke tempat kunjungan kedua, yaitu Tempat Pengupasan Kerang Hijau. Kerang hijau (Perna Viridisi) merupakan hasil laut yang menjadi andalan sebagian besar nelayan di Cilincing. Kerang hijau diperoleh para nelayan dengan cara penangkapan alami atau hasil budi daya. Teluk di sekitar Cilincing banyak dijadikan lokasi pembudidayaan kerang hijau yang dilakukan dengan teknologi sederhana. Kerang Hijau atau dikenal juga sebagai Kijing memiliki nilai ekonomis dan kandungan gizi yang sangat baik untuk dikonsumsi. Kandungan gizi pada kerang hijau sebanding dengan daging sapi, telur maupun daging ayam. Kerang Hijau yang banyak dijajakan oleh pedagang keliling di wilayah Jakarta, banyak yang berasal dari Cilincing. Di tempat ini, saya mengajak para peserta Tur untuk mencicipi olahan Kijing yang telah diberikan bumbu kunyit yang lezat.

(tempat pengupasan kerang hijau)

(kerang hijau bumbu kunyit lezat yang dicoba para peserta Tur)

Lalu tempat berikutnya yang kami kunjungi adalah Kelas Belajar Oky, yang merupakan komunitas belajar untuk anak anak nelayan yang digagas oleh Oky Setiarso . Di tempat inilah anak anak nelayan Cilincing setiap minggu bisa mengikuti kegiatan belajar membaca , belajar bahasa inggris, hingga belajar menggambar. Menurut Oky yang juga mempunyai gelar Master di bidang Human Nutrition,  anak anak di Kampung Nelayan Cilincing memiliki daya tangkap yang cepat dan mudah menangkap pelajaran, karena mereka sering mengkonsumsi kijing. Wah ini suatu informasi yang menarik bagi saya dan juga para peserta Tur. Sejak sering mengikuti aktifitas di Kelas Belajar Oky, anak anak nelayan Cilincing juga banyak yang memiliki banyak pilihan cita cita. Kalau sebelumnya, kebanyakan anak anak itu hanya ingin bercita cita menjadi pengupas kerang , sekarang mereka banyak yang bercita cita menjadi Pilot, Dokter, hingga Pengusaha. Wah kerennn !!





Penjelajahan kami berikutnya adalah melihat Kampung Nelayan, dimana kami melihat aktifitas para warga yang sedang membuat kapal kayu. Selain melaut sebagai nelayan, warga Cilincing juga banyak yang berprofesi membuat perahu kayu berdasarkan pesanan. Walaupun kini juga semakin banyak warga Cilincing yang memilih kerja menjadi buruh pabrik di Kawasan Berikat Nusantara, Cilincing.  

 (Berbincang dengan Putut, pemuda Cilincing yang masih bertahan bekerja dari laut. Kawan          sebaya Putut banyak yang memilih bekerja sebagai buruh pabrik.)

Setelah menjelajah kampung nelayan, saya mengajak peserta Tur untuk mengunjungi beberapa rumah ibadah bersejarah yang berada dalam radius 1km, yaitu Masjid Al-Alam Cilincing, Vihara / Klenteng Lalitavistara dan Puri Segara, yang merupakan satu satunya Puri di Jakarta yang terletak di pinggir laut. Ini adalah bukti adanya kerukunan dan toleransi beragama yang sangat kuat di kalangan warga pesisir
(Wihara Lalitavistara, sudah ada sejak abad 16. Di komplek Wihara ini juga terdapat Sekolah Tinggi Agama Budha, yang memiliki jenjang Master, dan merupakan satu satunya di Indonesia)

(Pura Segara, satu satunya Pura di Jakarta yang terletak di pinggir Laut, dibangun sejak tahun 1992)

(Wasiat Sunan Gunung Jati di dalam Masjid Al Alam Cilicing, yang telah berdiri sejak abad 16)

Gak lupa di “Jelajah Kampung Nelayan Cilincing” ini diisi dengan jelalah kuliner santapan laut  dengan makan siang bersama dengan mencicipi dan mencoba aneka hidangan laut / Seafood yang lezat di Babeh Seafood, Resto Seafood paling beken di kawasan Cilincing. Berkeliling Kampun Nelayan Cilincing dan menyicipi beragam kuliner khas pesisir Jakarta tentu menjadi aktivitas wisata alternatif yang menarik untuk melihat sisi lain dari sebuah kota yang modern.

     (aneka makanan laut yang dicicipi para peserta tur......bergizi tinggi dan lezaaat semuanya ! )

Setelah puas mencicipi seafood,  Tur ini dilanjutkan dengan mengunjungi Rumah Si Pitung ,di kawasan Marunda.  Pitung, yang dikenal sebagai jagoan Beawi ini,  aslinya adalah orang Banten yang merantau ke Kemayoran untuk belajar Silat. Rumah Pitung yang kami kunjungi ini dahulunya adalah milik saudagar asal Bugis, yang kerap  menjadi tempat persembunyian Pitung saat dikejar kejar Belanda. Sejak Jokowi menjadi Gubernur, Rumah Pitung ini diresmikan sebagai Museum, dan berada dalam satu manajemen dengan   Museum Bahari. 


Jalan jalan ke pesisir Utara Jakarta ini adalah pilihan yang menarik untuk mengesplor sisi lain dari Jakarta. Bahwa Jakarta bukan hanya gemerlap kota saja.

Mau tau lebih banyak gimana serunya Tur jelajah kawasan pesisir Jakarta termasuk mencicipi aneka kuliner olahan laut di pesisir Jakarta? saksikan video liputan saat Tur oleh BeritaSatuTV di sini.



#CeritaTourGuide #CeritaJakarta

Baca Juga Yang Satu Ini

Pesta Mandi Bedak , Puncak Perayaan Tahun Baruan Kampung Tugu Yang Tak Kalah Seru Dengan Festival Songkran di Thailand

Tahukah Anda, di ujung utara Jakarta, ada sebuah kawasan yang merupakan kampung Kristen tertua di Jakarta dan juga di Indonesia?  ...